Temui Relawan Bali, Prabowo Ungkap Paradoks Indonesia Setelah 73 Tahun Merdeka

19 Oktober 2018, 18:40 WIB
Capres Prabowo Subiyanto saat berorasi dalam silaturhami dengan relawan emak-emak di Denpasar Bali

DENPASAR – Calon Presiden Prabowo Subiyanto melontarkan kritikan tajam terhadap kondisi Indonesia setelah 73 tahun mengenyam kemerdekaan yang terjadi justru hal paradoks di mana kekayaan hanya dinikmati segelintir orang sementara mayoritas masyarakat masih hidup dalam kekurangan.

Saat memompa semangat ratusan emak-emak di Bali, istilah kaum perempuan yang kembali dipopulerkan pasangan Prabowo Sandiaga Uno (PADI), dalam Pilpres 2019, Prabowo banyak mengupas bagaimana terjadinya ketimpangan ekonomi dalam pembangunan.

Di awal sambutan, Prabowo menyampaikan, rasa harunya mendapat amanah yang begitu berat maju dalam Pilpres bersama Cawapres Sandiaga Uno.

“Saya terharu dengan harapan yang diberikan demikian besar, amanah ini tidaklah ringan dalam menghadapi permasalahan bangsa, perlu itikad yang sangat besar, keyakinan yang sangat besar untuk menerima amanah ini,” ujarnya dalam acara Silaturahmi Relawan Emak-Emak Binangkit dan Relawan Prabowo-Sandi Provinsi Bali di Denpasar, Jumat (19/10/2018).

Ia melanjutkan, dunia politik adalah sesuatu yang tidak ringan dan mudah. Dalam politik perlu pengurbanan karena itu, dia mengajak masyarakat membangun kesadaran hukum, politik, ekonomi, demokrasi dalam mewujudkan cita-cita bangsa yang saat ini faktanya belum sesuai harapan.

Prabowo lantas mengungkapkan kondisi pardoks atau kejanggalan yang terjadi setelah 73 tahun kemerdekaan diraih Indonesia, orang kaya hanya segelintir saja. Sebaliknya, sembari mengutip data dari sebuah lembaga internasional justru 99 persen masyarakat di Tanah Air ini, hidupnya mengalami pas-pasan.

“Ini bukan karangan saya, atau angka-angka Prabowo, ini data atau angka-angka yang diakui Bank DUnia dan Lembaga Internasional, yang menikmati kekayaan kurang dari 1 persen, 99 persen rakyat hidupnya pas-pasan bahkan sangat sulit,” tukasnya dalam acara yang juga dihadiri Mien Uno, ibunda Cawapres Sandiaga Uno.

Secara berkelakar Prabowo mengatakan, orang miskin atau yang tidak punya uang jangan berani sakit karena jika jatuh sakit tidak tahu harus bagaimana karena semua biaya kesehatan yang mencekik.

Kemudian, mantan Danjen Kopassus ini teringat pencerahan yang didapat kala tahun 1998/1999 saat krisis ekonomi melanda Indonesia,

Capres Prabowo Subiyanto dielukan relawan dan pendukungnya di Bali

“Saya dapat pencerahan, katanya krisis ekonomi, bank-bank tutup, banyak perusahaan ambruk, aneh, katanya Indonesia hebat, saya coba merenung, kemudian saya baca laporan beberapa lembar, neraca perdagangan ekspor impor kita,” tuturnya dalam acara yang dihadiri sejumlah tokoh seperti Mayjen TNI (Purn), Sudrajat, Ketua DPW Gerindra Bali IB Sukarta, Ketua DPC Gerindra Denpasar Made Muliawan Arya dan Ketua Satria Bali Miftachur Rohman..

Meski bukan ahli ekonomi, Prabowo tidak takut kalau mau mengerti tentang ekonomi. Ada ahli ekonomi dengan sederet gelar akademis, kemudian memakai istilah-istilah teori yang sulit dimengerti untuk menjelaskan kondisi ekonomi Indonesia.

“Para ahli ekonomi dengan banyak gelar ini, tidak bisa menjawab, atau tidak mau menjawab tentang apa yang terjadi dengan kondisi ekonomi Indonesia, saya tidak ahli ekonomi, kemudian terpaksa baca-baca laporan, tidak ada yang bisa menjawab kenapa negara kaya namun rakyatnya miskin,” tukasnya,

Karenanya, dia berkesimpulan, untuk menjelaskan kondisi ekonomi kepada rakyat, janganlah dibuat seolah-olah seperti momok sehingga sulit dimengerti. Untuk itu, dirinya mengajak masyarakat membangun kesadaran mengkritisi melihat secara obyektif tentang kondisi yang terjadi saat ini, baik secara ekonomi, politik atau hukum.

“Saya merasa sekarang sudah ada kesadaran masyarakat bahwa ada yang tidak beres dalam sistem ekonomi kita,” demikian Prabowo. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini