Ubah Pola Pasokan Avtur Bali Nusra, Pertamina Hemat Rp 106 miliar

25 Januari 2019, 12:46 WIB
Direktur Logistik, Supply Chain dan Infrastruktur (LSCI) Pertamina Gandhi Sriwidodo memberikan keterangan pers di TBBM Manggis Bali

KARANGASEM – Pertamina meningkatkan kehandalan suplai Avtur untuk kebutuhan operasional Bandara di Bali dan Nusa Tenggara dengan mengoptimalkan TBBM Manggis Karangasem sehingga bisa dilakukan efisiensi mencapai Rp106 Miliar pertahun.

Pertamina melakukan optimasi pola suplai untuk memenuhi kebutuhan operasional Bandara di Bali dan Nusa Tenggara dengan perubahan supply point darat di Terminal BBM Manggis. Sebelumnya, pasokan supply point melalui fasilitas FSO (Floating Storage & Offloading) Avtur di wilayah perairan Kalbut, Situbondo.

Pengoperasian pont supply baru ini ditandai seremonial pendaratan FSO Avtur ke TBBM Manggis, di Karangasem, Bali, Jumat (25/1/2019).

Direktur Logistik, Supply Chain dan Infrastruktur (LSCI) Pertamina Gandhi Sriwidodo hadir dalam acara itu didampingi Direktur Utama Patra Niaga Nina Sulistyowati, Direktur Utama Elnusa Petrofin Haris Syahrudin, dan GM Pertamina Marketing Operation Region (MOR) V Ibnu Chouldum.

Kegiatan ini merupakan salah satu implementasi nyata dari 3 (tiga) program kerja utama yang saat ini terus diupayakan Direktorat LSCI.

“Kegiatan ini untuk pengurangan jumlah kapal floating storage, optimasi pola suplai, dan penurunan waktu sandar kapal di Pelabuhan (Integrated Port Time),” jelas Gandhi dalam keterangan resminya kepada wartawan.

Diketahui, Bandara Ngurah Rai di Bali merupakan salah satu bandara terbesar dan tersibuk di Indonesia, dengan kebutuhan Avtur rata-rata sebesar 2.500 kilo liter/hari.

Dengan adanya perubahan pola suplai Avtur ini, diharapkan dapat lebih menjamin kehandalan pasokan (security of supply) Avtur di Bandara Ngurah Rai, yaitu dengan memperpendek Round Trip Days (perjalanan kapal dari supply point) dari 3.5 hari menjadi 2.5 hari.

Selain itu, dapat meningkatkan kapasitas penyimpanan Avtur di Terminal BBM Manggis dari 20.000 kilo liter KL menjadi 30.000 KL, dan di pertengahan Februari akan ditingkatkan lagi menjadi 40.000 KL.

Sebelumnya, pola Suplai Avtur di Bandara Ngurah Rai menggunakan kapal bertipe Medium Range (MR) dari RU (Refinery Unit) IV Cilacap. Avtur selanjutnya diisikan ke FSO berupa kapal tipe MR yang diapungkan di perairan Kalbut, Situbondo.

Kemudian secara regular, Avtur dibawa menggunakan kapal tipe kecil (small) sejumlah 3 kapal berukuran maksimal 8.000 DWT (deadweight tonnage) ke Dermaga Benoa untuk dibongkar dan dipompakan langsung ke DPPU (Depot Pengisian Pesawat Udara) Ngurah Rai.

Kini, setelah optimasi, Supply Avtur dari RU IV Cilacap diangkut kapal bertipe MR langsung ke Terminal BBM Manggis, kemudian disimpan dalam tangki darat berkapasitas 30.000 KL untuk disalurkan ke Dermaga Benoa menggunakan kapal berukuran small.

“Dari Dermaga Benoa, Avtur dipompakan ke DPPU Ngurah Rai menggunakan pipa,” tutur Gandhi. Beberapa upaya lainnya yang dilakukan untuk mendukung perubahan pola suplai ini adalah dengan menyiapkan sarana jalur produk Avtur di dermaga Terminal BBM Manggis. Demikian juga, untuk meningkatkan flowrate.

Discharge Avtur hingga 400 KL/jam dengan pipa berdiameter lebih besar dam sistem double manifold sepanjang 8 kilo meter dari Dermaga Terminal BBM Benoa sampai DPPU Ngurah Rai.

Diungkapkan Gandhi, selain menjaga kehandalan pasokan Avtur, perubahan pola suplai ini juga memberikan dampak efisiensi bagi Perusahaan sekitar USD 7.3 juta. Jumlah ini setara dengan Rp 106 miliar per tahun dari penghilangan penggunaan 1 (satu) kapal type MR yang digunakan sebagai FSO.

Juga, pengurangan penggunaan 2 (dua) kapal jenis small sebagai akibat pengurangan waktu tempuh antara TBBM Manggis ke Dermaga Benoa. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini