“Masyarakat kita saat ini sensitif dan mudah tersinggung karena tekanan ekonomi yang menyebabkan meningkatnya angka kemiskinan dan pengangguran. Kita harus bisa menjelaskankan secara terbuka gambaran dan kondisi konkrit perusahaan dalam bahasa yang tepat kepada pegawai,” ucapnya.
Faktor lain yang patut diperhitungkan adalah politik, karena 2023 sudah masuk tahun politik sebagai bagian dari persiapan perhelatan pemilu serentak 2024.
Salah satu konsekuensinya adalah fokus pemerintah terhadap sektor pariwisata bisa jadi sedikit berkurang karena harus fokus pada hajatan besar. Selain itu, menurut pandangan Wagub Cok Ace, pada situasi biasa saja (sebelum pandemi Covid-19,red), hajatan politik sangat mempengaruhi usaha pariwisata.
Wagub Cok Ace: Pariwisata Bali Masih Relevan untuk Pertumbuhan Ekonomi
“Pariwisata rentan dengan isu politik, sekalipun kita kemas dalam atraksi budaya, hajatan politik masih mempengaruhi penilaian masyarakat luar,” urainya.
Faktor berikutnya adalah kebijakan pemerintah yang sangat erat kaitannya dengan pengembangan usaha pariwisata.
Wagub Cok Ace menginformasikan, Pemprov Bali saat ini tengah menggenjot sejumlah pembangunan infrastruktur seperti shortcut, Pusat Kebudayaan Bali (PKB) dan penataan kawasan Besakih. Ia memprediksi, penataan infrastruktur ini akan memengaruhi peta dan wajah pariwisata Bali.
Pariwisata Terpuruk, Indeks Pembangunan Manusia Bali Berstatus Tinggi