 |
| MPD terpanggil berbuat sesuatu demi kehidupan bersama. Kali ini dengan cara turun tangan menggalang solidaritas sosial membantu rumah sakit-rumah sakit yang kekurangan APD/ist. |
Jakarta – Masyarakat Profesional Untuk Demokrasi (MPD) bergerak secara swadaya mengupayakan tersedianya APD bagi para dokter dan paramedis.
Hal itu dilakukan mengatasi kelangkaan Alat Pelindung Diri (APD) yang dialami para dokter dan paramedis ketika menangani pasien korban Covid-19 menyentak banyak pihak.
Ketiadaan APD ini justru potensial membahayakan kesehatan mereka yang berjuang di garis depan menyelamatkan nyawa banyak orang.
“Kita tak bisa membiarkan mereka berjuang tanpa persenjataan yang memadai,” kata Penanggungjawab MPD Darurat Corona, Eddy Suprapto, di Jakarta, Kamis (9/4/2020).
Sebagai salah satu eksponen profesional semasa Gerakan 1998, MPD terpanggil berbuat sesuatu demi kehidupan bersama. Kali ini dengan cara turun tangan menggalang solidaritas sosial membantu rumah sakit-rumah sakit yang kekurangan APD.
Dana diperoleh melalui saweran di antara para anggotanya, juga menerima donasi dari lembaga. Di antaranya Forsino (alumni mahasiswa Realino Yogyakarta) dan individu yang memiliki keprihatinan serupa.
Eddy memastikan, seluruh donasi yang masuk akan dipertanggungjawabkan secara transparan.
Kloter pertama paket APD sudah sampai di RS Anwar Medika (RSAM) di Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (7/4/2020) diterima dokter Agus Farid, pendiri RSAM. Sebanyak 50 paket APD sudah sampai di sana. Menyusul 50 paket lainnya sedang dalam perjalanan.
Selain RS Anwar Medika, MPD juga mengirimkan paket serupa ke beberapa rumah sakit lain. Antara lain RS Sultan Immanuddin Pangkalan Bun Kalimantan Tengah, RSUD dr Abdoer Rahem Situbondo, RS dr H Koesnadi Bondowoso dan RS UniMedika Setu Bekasi.
“Total APD yang sudah dikirim pekan ini berjumlah 350 buah. “Kita akan terus tambah lagi sesuai kebutuhan dan kemampuan MPD,” imbuhnya.
Di pihak lain, dalam pandangan MPD, pandemi skala global ini harus menjadi momentum tumbuhnya solidaritas kemanusiaan yang melintasi batas geografis dan identitas sosial.
“Pemerintah tak bisa bekerja sendirian. Komponen masyarakat sipil juga harus ikut bergerak bersama-sama memerangi Covid-19,” ujar Presidium MPD, Gatot Prihandono. Tumbuhnya solidaritas kemanusiaan di tengah pandemi ini tak boleh berhenti di sini.
“Saya kira kita juga harus mulai memikirkan konsep baru tentang banyak hal pasca Covid-19 ini. Di antaranya ya masalah ekonomi,” demikian Gatot. (riz)
