Dinsos Bali Bantu Tiga KK Miskin yang Tinggal Satu Tenda di Bangli

24 Mei 2019, 23:47 WIB
Kepala Dinas Sosial Provinsi Bali Dewa Gede Mahendra Putra meninjau sekaligus membawakan sejumlah bantuan sembako kepada tiga keluarga miskin yang masih bersaudara yakni Ketut Bulat, Nengah Rusman dan Wayan Mudya

Bangli – Dinas Sosial Provinsi Bali bergerak cepat membantu tiga Kepala Keluarga (KK) miskin di Dusun Penaga, Desa Yangapi, Tembuku, Bangli yang tinggal dalam 1 (satu) tenda.

Kepala Dinas Sosial Provinsi Bali Dewa Gede Mahendra Putra meninjau sekaligus membawakan sejumlah bantuan sembako kepada warga tersebut. Ketiga warga yang masih bersaudara tersebut yakni Ketut Bulat, Nengah Rusman dan Wayan Mudya.

Kunjungan dilakukan Jumat (24/5/2019) guna memastikan kondisi ketiga keluarga miskin yang tinggal satu tenda, setelah setengah bulan terakhir pasca kepulangan mereka dari merantau di Desa Bonyoh, Kintamani Bangli.

Dalam tenda berukuran 7×4 meter itu, mereka hidup bersama masing-masing istri dan anaknya dengan total jumlah jiwa sebanyak 7 orang. Mahendra menuturkan, dari kunjungannya, di satu pekarangan itu juga terdapat saudaranya yang lain yakni Wayan Sutama.

“Kondisi Sutama dengan ketiga saudaranya tinggal di dalam satu tenda itu, serba dalam keterbatasan,” ungkap Mahendra. Dalam kunjungannya itu, dia didampingi Kepala Dinas Sosial Kabupaten Bangli I Nengah Sukarta.

Setelah melihat kondisi mereka yang tinggal di dalam tenda, dalam waktu dekat akan dibantu rumah oleh relawan peduli sosial. Sebagai wujud meringankan beban mereka, Kadis Sosial Dewa Mahendra juga ikut urunan secara pribadi.

Untuk rumah nanti akan dibantu relawan peduli sosial. Dia juga ikut urunan secara pribadi untuk meringankan beban mereka. “Saya harap dengan nantinya dibangun rumah maka beban hidup mereka bisa berkurang dan hanya memikirkan untuk mencari pekerjaan,” ujar Mahendra.

Ketut Bulat menceritakan, jika ia sempat tinggal di Desa Bonyoh karena orangtuanya terlebih dahulu hidup merantau di desa tersebut. Setelah 60 tahun tinggal disana, ia bersama kedua saudaranya dan keluarga masing-masing memutuskan kembali tinggal di Dusun Penaga yang merupakan Desa leluhurnya.

Keputusan pulang ini karena adat di Bonyoh mengharuskan adik bungsu Wayan Sutama menempati tanah pekarangan di Bonyoh. “Sementara sejak sepuluh tahun terakhir adik Saya sudah lebih dulu pindah ke Penaga dan menempati rumah kayu seadanya,” ungkap Ketut Bulat.

Bulat yang bekerja sebagai buruh serabutan itu, menambahkan, saat kembali ke Penaga satu setengah bulan yang lalu ia belum mampu membangun rumah. Tenda terpal ditempati merupakan sumbangan atau bantuan dari kerabatnya di Bonyoh.

“Di tenda tidur tujuh orang, saat hujan, air hujan masuk ke tenda. Saat panas, didalam sangat pengap. Saya berharap pemerintah bisa membantu kondisi keluarga kami seperti ini,” ucapnya. Untungnya, untuk jaminan kesehatan semua telah memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS) sehingga mengurangi beban mereka saat sakit. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini