Klungkung – Gubernur Bali, Wayan Koster mengajak Pratisentana Sira Arya
Gajah Para untuk bersatu membangun kekuatan secara bersama-sama membangun Bali
sesuai dengan Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali.
Nangun Sat Kerthi Loka mengandung makna menjaga kesucian dan keharmonisan alam
Bali beserta isinya untuk mewujudkan kehidupan krama Bali yang sejahtera dan
bahagia.
Sekala-niskala menuju kehidupan krama Bali sesuai dengan prinsip Trisakti Bung
Karno yakni berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan
berkepribadian dalam Kebudayaan melalui Pembangunan Secara Terpola,
Menyeluruh, Terencana, Terarah, dan Terintegrasi dalam Bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia Berdasarkan Nilai-Nilai Pancasila 1 Juni 1945.
“Mahasabha ini sangat penting dilaksanakan untuk memperkuat jati diri kita
sebagai warga Bali, sekaligus momentum untuk menyatukan kekuatan membangun
Bali, mengingat Bali merupakan Pulau yang kecil,” ujarnya saat membuka secara
resmi Mahasabha Sira Arya Gajah Para Bretara Sira Arya Getas pada, Jumat,
Sukra Wage Landep (12/2/2021).
Ia menambahkan, alam Bali dianugerahi kekayaan yang luar biasa dengan alamnya
yang indah, dengan manusianya yang unggul, dan budayanya yang luhur, untuk itu
apa yang sudah menjadi warisan leluhur kita harus dijaga dan dilindungi.
Raja Puri Agung Klungkung, Ida Dalem Semaraputra, dan Panglingsir serta
semeton warga Sira Arya Gajah Para Bretara Sira Arya Getas menceritakan
berdasarkan sejarah peradaban Bali mulai dari Bali Kuno sampai dengan hasil
‘research’ para ilmuan yang saya baca, disebutkan orang Bali itu termasuk
orang yang unggul.
Karena itulah, saat Koster dilantik sebagai Gubernur Bali pada tahun 2018, di
periode pertama membuat kebijakan yang berpihak kepada Pemajuan Kebudayaan
Bali yang sekaligus memberikan dampak peningkatan ekonomi masyarakat Bali.
Seperti lahirnya Peraturan Gubernur Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang
Pelindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali serta
Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali, dan Peraturan Gubernur Bali Nomor 79 Tahun
2018 tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali.
“Aksara Bali merupakan warisan yang kita punya yang harus kita muliakan dan
hormati, serta merupakan unsur peradaban budaya Bali yang memiliki nilai
sakral hingga kekuatan identitas,” sambungnya.
Kehadiran Pergub tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali juga adalah
kebijakan yang memiliki tujuan untuk menguatkan identitas budaya Bali, maka
kita wajib pada Hari Kamis, Purnama dan Tilem, Hari Jadi Pemprov Bali, dan
kegiatan pemerintahan menggunakan Busana Adat Bali ini.
“Dari kebijakan ini, astungkara ekenomi rakyat yang mengeluti usaha Busana
Adat Bali mendapatkan dampak positifnya,” tuturnya.
Pemerintah Provinsi Bali melakukan kerjasama dengan Rumah Mode Christian Dior
di Paris, Prancis dalam menggunakan Kain Tenun Endek Bali sebagai busana.
“Sehingga untuk melestarikan keberadaan Kain Tenun Endek Bali, saya
mengeluarkan SE Nomor 04 Tahun 2021 Tentang Penggunaan Kain Tenun Endek Bali /
Kain Tenun Tradisional Bali,” ungkapnya.
Tiongkok sejatinya membutuhkan 9000 ton manggis. Namun kita di Bali, hanya
mampu menyediakan 4000 sampai 5000 ton, dan kekurangannya diisi oleh daerah
lain di indoensia.
Diakhir pidatonya, Wayan Koster berdoa semoga acara Mahasabha ini berjalan
lancar, dan dijadikan momentum untuk menyatukan kekuatan Pratisentana Sira
Arya Gajah Para Bretara Sira Arya Getas.
Ketua Panitia Mahasabha Sira Arya Gajah Para Bretara Sira Arya Getas, I Ketut
Suadnyana mengatakan Mahasabha ini digelar berdasarkan AD/ART warga Sira Arya
Gajah Para dengan tujuan untuk mempererat persaudaraan pratisentana Sira Arya
Gajah Para Bratara Sira Arya Getas di seluruh Indonesia, selain juga untuk
membentuk kepengurusan Pusat.
“Hingga saat ini ada pengurus Pura kawitan, Pura Dadia sebanyak 158 dadia yang
tersebar di Bali, Lombok, Kalimantan dan Sumatera,” tutupnya. (riz)