KabarNusa.com – Dalam mengapresiasi seabad gong kebyar, Denpasar Festival ke-7, secara khusus menampilkan garapan gamelan kebyar kebaruan yang revolusioner dikemas dua composer andalan Bali.
Dua seniman Wayan Gde Yudane dan Dewa Ketut Alit berkolaborasi menyajikan kekebyaran mengangkat tema ‘Paradigma musik Bali abad ke-20’ dan musik gamelan masa depan,
Pementasan di Lapangan Puputan Badung, Minggu (28/12) malam, dua barungan gamelan dari Gamelan Wrdhi Swaram dan Gamelan Salukat tampil dengan karakter yang cukup kuat dan orisinil.
Lewat konsep berbeda, mulai stage nan artistic oleh seorang arsitek andal Yoka Sara, didukung tata lampu, sound audio dibawah soundman Agung Sudarsana Antida, dan video document Erick Est dan Video Mapping.
Agaknya, pementasan seni kerawitan ini menjadi tonggak lahirnya karya gong kebyar kebaruan di abad 21 ini.
Tampilan gemelan menyajikan garapan kekebyaran tahun 1920-an dengan tokoh sentral kerawitan Bali I Made Regog dan I Gusti Made Putu Geria.
kekebyaran kebaruan tanpa ada dinding pengelompokan karya dua composer masa kini I Wayan Gde Yudane dan Dewa Ketut Alit, tampil dengan karya –karya yang masih asing bagi penikmat musik Bali khususnya gong kebyar.
Dua composer Bali ini mempertontonkan sebuah karya ‘pemberontakan’, yaitu gaya kebyar berbeda yang kita sudah kenal selama ini.
Sosok Dewa Alit, dalam karya Mengenang Regog bersama Gamelan Salukat , dimana Made Regog adalah seorang musisi dan komponis gamelan yang lahir di Bali selatan di era ketika kebyar masih berumur bayi.
Karya baru ini dimaksudkan untuk memberikan penghargaan sebesar-besarnya atas perjuangan dan kreatifitas daya cipta beliau yang sangat menginspirasi jenerasi sekarang.
Selain dua karya baru itu, sebelumnya juga dimainkan dua garapan Gaya Kebyar 1920-an I Made Regog (1900 – 1982), Kebyar Ding 1925
Sajian lainya adalah Gaya Kebyar 1960-an I Gusti Made Putu Geria. (1906-1983), Jaya Warsa 1969. Sebuah garapan dengan komposisi Jaya Warsa diciptakan untuk pertunjukan Seka Gong Jaya Kusuma Br Geladag pada Festival Gong 1969.
Pengamat budaya Prof. Dr I Made Bandem hadir menyaksikan pagelaran ini mengemukan, gamelan gong Bali memiliki perjalanan yang cukup panjang dan spetakuler.
Sejarah gong kebyar saat ini melalui pemaknaan 100 tahun keberadaannya, telah diawali munculnya dua composer kita yaitu Wayan Gde Yudane dan Dewa Alit.
“ Saya sangat bangga, mereka telah menggarap gaya kebyar kebaruan yang mungkin bagi penikmat musik Bali masih terlalu asing, akan tetapi kita menantikan lahirnya ruang eksplorasi karya – karya baru berikutnya,” ucap Prof Bandem.(gek)