Peringatan 1000 Tahun Prasasti Baturan, Maknai Spirit warga Jalankan Adat hingga Keberagamaan

Dalam memaknai peringatan 1000 Tahun1.000 tahun Prasasti Baturan warga menjalani kehidupan bermasyarakat, adat tradisi dan keberagamaan.

21 Desember 2022, 23:13 WIB

Gianyar – Warga menjalankan kehidupan bermasyarakat, adat, tradisi serta keberagamaan dalam memaknai peringatan 1000 Tahun
1.000 tahun Prasasti Baturan.

Karenanya warga Desa Adat Batuan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar bulan ini bersuka cita merayakan peringatan 1.000 tahun Prasasti Baturan.

Perayaan seribu tahun atau Sahasra Warsa Batuan ini untuk memaknai kembali Prasasti Baturan Tahun 944 Saka (26 Desember 1022-26 Desember 2022) yang merupakaan spirit warga menjalani kehidupan bermasyarakat, adat, tradisi, serta keberagamaan.

Melalui serangkaian kegiatan digelar sejak setahun silam dengan puncak perayaan pada 18-26 Desember 2022 di desa yang dulu pernah menjadi pusat beradaban di Bali.

Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. Wayan Kun Adnyana mengatakan banyak desa memiliki piagam kuno, tetapi Prasasti Baturan menuliskan dengan rapi menyangkut kompleksitas kehidupan bermasyarakat secara lengkap baik dari aspek spiritual, ekonomi, sosial, dan budaya.

Dengan potensinya tersebut Batuan bisa menjadi etalase daya kreatif warga yang sejak zaman kerajaan seribu tahun silam memuliakan berbagai profesi yang menghidupi masyarakat dan eksis hingga kini.

Hal itu disampaikan Prof. Kun dalam widyatula bertajuk Seribu Tahun Prasasti Baturan: Batuan Dulu, Kini, dan Nanti di Wantilan Sisi Kauh, Pura Puseh Desa Adat Batuan, Rabu 21 Desember 2022.

Peringatan 1.000 tahun Batuan ini seyogyanya diikhtiarkan untuk terus menghidupkan apa yang telah dimiliki sekaligus memajukan seluruh potensi desa swabudaya ini sesuai kebutuhan zaman dan kekinian.

Ia berharap setiap warga menjadikan semangat Prasasti Baturan untuk membangun candika pribadi para warga, keluarga, dan warga dengan mengaktualisasikan minat dan bakat masing-masing yang telah dibuktikan para leluhurnya membangun peradaban panjang Batuan.

Kata dia Batuan telah terbukti utuh, padu, solid, dan maju dalam membangun ekosistem kebudayaan yang terwariskan dari generasi ke generasi hingga kiden.

“Ini merupakan pilihan hidup yang memberikan kesejahteraan terhadap profesi yang dilipih dan telah teruji secara kewaktuan,” tutur Prof. Kun yang juga seniman lukis itu.

Prof Kun berjanji secara berkala menerjunkan civitas akademika ISI Denpasar untuk belajar, menggali dan meneliti Batuan untuk mendapatkan energi baru dari sejarah panjang desa ini.

“ISI Denpasar bisa menjadi mitra dan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk membangun tatanan kebudayaan Bali dengan berbagai potensi yang berserak di sekitar kita,” ujarnya.

Pihaknya mengingatkan, ekosistem kebudayaan yang kuat dapat dibangun dengan memadukan berbagai inisiasi entitas seni yang ada di Batuan menjadi gerakan sosial bersama.

Apalagi, basis yang ada di Batuan sangat lengkap mulai seni rupa, tari, ukir, pertunjukan, pande serta daya dukung lainnya.

“Saya percaya desa swabudaya Batuan juga menjadi salah satu desa unggulan yang terus menata masa depannya dengan spirit yang telah ditumbuhkan oleh para leluhur,” ujarnya.

Narasumber dihadirkan dalam widyatula ini yakni pemilik Museum ARMA Agung Rai dan I Gusti Made Suarbhawa (Peneliti Ahli Madya Organisasi Riset Arkeologi Bahasa dan Sastra, Badan Riset dan Inovasi Nasional).

Pada Senin, 19 Desember 2022 di tempat yang sama digelar widyatula bertajuk Dramatari Gambuh, Seni Topeng, dan Kreasi Keris Kini dengan narasumber I Ketut Kodi (Seniman Topeng, Akademisi); I Wayan Budiarsa (Dosen Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar); I Made Sabar (Empu Keris); Nyoman Selamat (Seniman Topeng dan Warna Bali).

Kemudian, pada Selasa 20 Desember 2022 dilaksanakan widyatula bertajuk Baturan Hingga Baturulangun: Stilistik-Estetik-Tematik Seni Rupa Batuan yang menghadirkan pembicara I Wayan Seriyoga Parta (Kurator Seni Rupa, Akademisi); I Made Tubuh (Pelukis Batuan), dan I Made Muji (Seniman Topeng).

Perayaan Sahasra Warsa Batuan ini telah diawali dengan penampilan kolosal tarian sakral Rejang Sutri yang disajikan 1.000 penari perempuan pada Minggu 18 Desember 2022 di areal Pure Puseh.

Rejang Sutri diyakini sebagai tolak bala dan menetralisir sasih gering seperti Covid-19 yang masih melanda dunia saat ini. Rejang Sutri diperkirakan pentas pertama kali pada abad ke-17 atau sekitar 1658 Masehi.

Perayaan ini disemarakkan dengan berbagai kegiatan lomba, pentas seni, workshop, pameran, fashion show, pemeriksaan kesehatan, donor darah, dan olah raga selama sembilan hari.

Pada Minggu 25 Desember akan digelar Batuan Musik Festival yang menghadirkan musisi Bali dan nasional.

Rangkaian perayaan akan diakhiri pada Senin 26 Desember 2022 dengan menghadirkan malam puncak peringatan Sahasra Warsa Batuan. Sedangkan pagi harinya digelar lari pagi bersama dan peninjauan Puspa Aman bersama Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama).***

Artikel Lainnya

Terkini