![]() |
Khotib KHutbah (39), warga Banjar Pangkung Buluh, Desa Kaliakah, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali |
Kabarnusa.com – Ada hal yang menarik dipertontonkan oleh salah seorang warga miskin di Jembrana saat menyambut HUT Kemerdekaan RI yang ke-70, yang jatuh pada hari ini 17 Agustus 2015.
Khotib KHutbah (39), warga Banjar Pangkung Buluh, Desa Kaliakah, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali ini mengaku sangat bangga menjadi warga negara Indonesia.
Meskipun dia mengaku sebagai warga miskin belum pernah menerima bantuan apapun dari pemerintah, termasuk belum pernah mendapat bantuan bedah rumah. Padahal rumahnya sudah sering disurve oleh tim bedah rumah.
Dalam momen HUT kemerdekaan kali ini, penjaga kebun milik orang lain dan tinggal rumah ukuran 5×6 meter, berdinding gedeg dan berlantai tanah, namun bersih ini, khusus menata rumahnya dengan apik.
Berbeda dengan warga lainnya, suami dari Humi Hani (22) justru memasang belasan bambu runcing berjajar rapi di depan rumahnya yang berada di pinggir jalan raya Denpasar-Gilimanuk.
Bambu runcing terlihat lebih menrik karena dicat warna merah putih, lengkap dengan bendera merah putih yang berkibar serta umbul-umbul merah putih.
“Saya memang sengaja memasang mambu runcing di depan rumah untuk memprigati hari kemerdekaan Indonesia,” terangnya bersemangat, Senin (17/8) sore.
Bambu runcing yang dipasangnya itu, selain untuk merayakan HUT RI yang ke 70, menurutnya juga sebagai ungkapan rasa bangga sebagai warga negara Indonesia, sekaligus menghormati jasa para pejuang yang berjuang melawan penjajah hanya dengan bambu runcing.
“Ini juga untuk mengingatkan generasi muda agar lebih cinta dengan Indonesia dan lebih menghargai para pahlawan. Jagan pernah merasa tidak diperhatikan oleh pemerintah karena itu membuat kita malas bekerja dan berusaha,” ujar pria beranak dua ini.
Anak ke dua Japar Mariah (alm), seorang petran pejuang kemerdekaan ini mengaku sudah empat kali HUT kemerdekaan RI memasang atribut bambu runcing ini dan biasanya dipasang selama sebulan.
Setelah itu dicabut dan disimpan di tempat yang aman, agar bisa digunakan lagi pada HUT kemerdekaan RI berikutnya.
‘Saya disini sudah tinggal empat tahun. Tanah yang saya tempati milik orang lain. Dulu saya punya rumah tapi sejak bapak meninggal, rumah saya jual,” tuturnya.
Mungkin karena dia menempati tanah orang lain itulan, hingga kini dia tidak mendapatkan bantuan bedah rumah. Padahal tim surve sudah sering mengecek rumahnya.
“Tapi saya tidak terlalu mengharapkan bantuan karena saya masih kuat bekerja untuk mencari nafkah,” pungkas pria yang juga sehari-harinya menjual makanan ringan keliling Jembrana ini.(dar)