BI Bali Prediksi Pemulihan Pariwisata Domestik Lebih Awal Dibanding Wisman

5 Agustus 2020, 22:15 WIB

IMG 20200731 WA0196
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho/ist

Denpasar – Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho memperkirakan pemulihan wisatawan domestik diperkirakan akan berjalan lebih awal dibandingkan dengan pemulihan wisatawan mancanegara.

Pihaknya juga memprediksi kondisi ekonomi pada triwulan III 2020 akan membaik seiring strategi pemulihan tatanan ekonomi Bali melalui penerapan tatanan kehidupan baru pada sektor pariwisata (program Clean Healthy Safety and Environment Sustainability. 

Hal ini terkonfirmasi dari leading indicator jumlah kedatangan penumpang domestik di bandara internasional I Gusti Ngurah Rai yang tercatat sebesar 35.934 orang pada Juli 2020, atau tumbuh 468,94% (mtm).

Optimisme pemulihan ini juga terkonfirmasi dari pengolahan big data google trends  yang mencerminkan bahwa minat wisdom dan wisman ke Bali sangat besar.

“Dimana pencarian travel di Bali tercatat lebih tinggi dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia maupun destinasi wisata lainnya di kawasan Asia,” ungkap Trisno dalam keterangan resminya, Rabu (5/8/2020)

Peluang ini harus dioptimalkan, dengan tetap menjalankan protokol kesehatan yang ketat, sehingga pemulihan aspek ekonomi dan kesehatan dapat berjalan secara pararel.

Trisno menambahkan, ekonomi Bali Triwulan II 2020 Masih Mengalami Kontraksi

Seperti yang diperkirakan semula, ekonomi Bali pada triwulan II 2020 kembali mengalami kontraksi yang lebih dalam dibanding triwulan sebelumnya.

Menurut perhitungan Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, dampak Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) terhadap perekonomian Bali pada triwulan II 2020 sangat besar, yaitu -10,98% (yoy), jauh lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh -1,14% (yoy).

Kontraksi ekonomi di Bali ini paling dalam jika dibandingkan dengan seluruh provinsi di Indonesia dan jauh lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan nasional, yaitu -5,32% (yoy).

Dari sisi lapangan usaha, sebagian besar lapangan usaha utama tumbuh negatif, hanya 3 lapangan usaha yang tumbuh positif, yaitu informasi/komunikasi, jasa kesehatan, dan real estate.

Sementara itu, sektor transportasi dan penyediaan akomodasi makan dan minum mengalami kontraksi sebesar -39,48% dan -33,10%.

Kedua sektor ini sangat erat hubungannya dengan pariwisata dimana menjadi tulang punggung perekonomian Bali (sekitar 58% ekonomi Bali tergantung pada pariwisata). Kebutuhan listrik, terutama di hotel-hotel, di masa pandemic ini juga menurun yang menyebabkan sektor listrik, gas, dan air tumbuh -21,04%. 

Hal ini  disebabkan kunjungan wisatawan mancanegara yang tumbuh negatif (-99,97%, yoy) pada triwulan laporan. Hal ini sejalan dengan penutupan penerbangan internasional dari dan ke Bali dalam antisipasi penyebaran Covid-19. Kinerja lapangan usaha tersebut juga dipengaruhi oleh kebijakan antisipasi dan protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19.

Dari sisi permintaan, semua komponen pengeluaran tumbuh negatif dengan kontraksi terdalam pada komponen ekspor luar negeri (-93.02%, yoy). 

Kinerja ekspor luar negeri yang kontraksi disebabkan oleh penurunan kunjungan wisatawan mancanegara.

Selain itu, kinerja konsumsi rumah tangga dan investasi juga tercatat kontraksi, masing-masing -3.57% dan -15,48%. Kinerja impor juga terkontraksi sebesar -89.68% seiring dengan tertahannya kinerja pariwisata sehingga menurunkan permintaan bahan makanan impor serta adanya tekanan pelemahan nilai tukar rupiah.  (rhm)

Berita Lainnya

Terkini