Karangasem dan Buleleng Kembangkan Rumah Penduduk Jadi Homestay

22 Februari 2020, 07:47 WIB
homestay
Pokdarwis Buleleng dan Karangasem belajar pengelolaan homestay di Museum Samsara/ist

Karangasem – Sejumlah desa wisata di Kabupaten Karangasem dan Buleleng Bali terus mengembangkan potensi wisata masing-masing seperti menjadikan rumah penduduk sebagai homestay yang bisa ditinggali wisatawan.

Dalam kaitan itulah, Kelompok sadar wisata asal Sudaji, Buleleng, datang mengunjungi Museum Samsara untuk belajar bersama terkait homestay. Selain itu, hadir juga Pokdarwis Desa Jungutan, Karangasem.

Kedatangan kedua Pokdarwis tersebut ke museum samsara karena ke depan museum samsara dan juga Desa Wisata Sudaji berencana mengembangkan diri dengan melibatkan masyarakat sekitar.

Nantinya, rumah-rumah penduduk akan disulap menjadi homestay. Hingga keberadaan pariwisata dapat dirasakan langsung masyarakat.

Sesi pertama latihan diberikan Manager Regional Relations & CSR East PT HM Sampoerna Tbk, Arga Prihatmoko, dilanjutkan PIC BEDO AA Sagung Ratih Amelia, SE, Ak dan yang terakhir dari Co-founder Samsara Living Museum IB Agung Gunartawa.

Pelatihan memberikan contoh kasus dari rekaman video yang ada. Untuk mengelola homestay diperlukan hal-hal sederhana tapi sering dilakukan sehingga menjadi salah. Ada beberapa hal yang memang tidak beleh dilakukan sekalipun itu telah menjadi kebiasaan. Sebab kebiasaan yang sering kita lakukan belum tentu cocok dengan budaya mereka.

Salah satunya, mencicipi makanan tidak boleh dilakukan langsung saat masak. Arga meminta beberapa kebiasaan yang tidak cocok supaya ditinggalkan.

“Selain itu meludah juga harus dihindari. Sebab bagi wisatawan, ini dianggap jorok walaupun di Bali hal ini biasa terjadi,” ucapnya, Jumat 21 Februari 2020..

Nantinya, Pokdarwis ini akan menjadi tulang punggung wisata di desa. Mereka juga harus memahami apa yang harus dilakukan. Salah satunya standar kebersihan, contoh tisu untuk WC tidak boleh di dapur.

Para peserta juga diajarkan budaya lima R atau lima S. lima R adalah Ringkas atau memilah. Yang mana barang yang diperlukan saja yang ada di tempat sementara yang tidak diperlukan disingkirkan. Dimana hanya barang yang diperlukan saja ada di tempat tesebut sementara yang lainya di singkirkan.

Sementara R kedua, Rapi atau menata, Resik atau membersihkan, rawat atau menciptakan aturan dan rajin atau mendisiplinkan diri.

Menurut Arga budaya ini adalah budaya Jepang. banyak  perusahan besar di Jepang menggunakan cara ini seperti Toyota.

Memilah barang sangat penting. Barang yang tak layak dipakai dipindahkan. Sementara barang yang masih diperkirakan bisa dipakai disimpan dan dikasi batas kadaluarsa. Jika selama enam bulan tak disentuh langsung dibuang.

Agung Gunartawa mengungkapkan, jika  living museum tertua  Karangasem adalah di Tenganan.

Selaian itu, ada museum Wastra di Taman Ujung, Museum Sanghyang di Geriana Kauh, Selat, museum subak. museum mata air juga ada di Pesaban dan lainya.

Pihaknya juga berharap dengan lahirnya inisiasi dari masyarakat bisa melahirkan simpul simpul perekonomian di desa-desa.

Tujuan utama program ini adala untuk mengembangkan potensi ekonomi yang berbasis pariwisata dan budaya.  Hingga program ini bisa memberi  manfaat  bagi masayarakat, terlebih desa -desa yang memiliki potensi pariwisata dan budaya.

Sementara, Agung Sagung Ratih menambahkan jika program ini untuk merangsang
masyarakat sekitar untuk potensi pariwisata. Memanfaatkan kamar-kamat 
yang ada menjadi homestay hingga bisa menghasilkan.  Terutama di daerah
yang belum ada hotel. Menurutnya ada beberapa kamar yang telah siap dan
ada juga yang belum.

Makanya akan dilakukan  pendampingan standarnya
seperti apa. Kami akan bantu renovasi seperti apa. Homestay sendiri 
standarnya minimal kelas melati.

“Nantinya pengunjung akan merasakan
suasana karena berbaur dengan warga masyarakat sekitar,” imbuhnya. (nik)

Artikel Lainnya

Terkini