Jakarta – Platform belajar online untuk perempuan Indonesia yang dikembangkan XL Axiata, Sisternet ditargetkan bisa memberdayakan 1 juta perempuan.
Hal itu menjadi bagian dari G20 EMPOWER yang berkomitmen menyelesaikan rencana kerja untuk mendorong terlaksananya rekomendasi yang telah tertuang dalam Deklarasi Pemimpin G20 di Bali.
Chair G20 EMPOWER Presidensi Indonesia, Yessie D Yosetya, mengungkapkan pedoman yang telah disusun bersama World Bank ini menjadi strategi yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya bagi pelaku UMKM perempuan, namun Indonesia secara keseluruhan.
Tujuan pedoman ini untuk melacak apakah kita telah berada pada lintasan yang benar atau tidak.
“Ke depannya, output dari pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi negara anggota G20 lainnya untuk membuat regulasi dan program percepatan pemberdayaan perempuan,” katanya dikutip dari keterangan tertulis.
Sesuai keyakinan ini, salah satu platform belajar online untuk perempuan Indonesia yang dikembangkan XL Axiata, Sisternet, hingga saat ini telah membuka akses bagi lebih dari 500.000 womenpreneurs untuk memahami perspektif gender, perencanaan bisnis, pemasaran dan branding, literasi keuangan, dan pemasaran digital.
“Womenpreneur binaan kami mengalami peningkatan produksi sebesar 30%, peningkatan omzet usaha sebesar 13%, dan area pemasaran yang lebih luas sebesar 75%,” sebutnya.
Tahun ini, bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia, perusahaan swasta lainnya, dan masyarakat sipil, pihaknya bersiap memperluas jangkauan untuk memberdayakan 1 juta perempuan.
Pada tahap pertama ini, G20 EMPOWER berkolaborasi dengan Bank Dunia dengan dukungan dari Pemerintah Australia, bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) Republik Indonesia, meluncurkan “Pedoman Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Perempuan Indonesia” yang berisi tinjauan kesenjangan gender di Indonesia dan tujuan pembuatan pedoman ini.
Peluncuran berlangsung di Jakarta, Selasa 30 Mei 2023, dihadiri Menteri KPPPA Republik Indonesia, Bintang Puspayoga, Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste, Satu Kahkonen, serta Duta Besar Australia untuk Indonesia, H.E. Penny Williams PSM.
Bintang Puspayoga mengapresiasi kemitraan ini dan peluncuran pedoman ini sekaligus menjadi tindakan nyata dalam mempromosikan serta memajukan kebijakan terkait pengembangan perempuan dan UMKM.
Keterlibatan dan inisiatif Bank Dunia dalam menghasilkan analitik dapat ditindaklanjuti untuk menginformasikan dialog kebijakan akan berkontribusi untuk memaksimalkan upaya kami untuk memajukan pemberdayaan perempuan dengan cara yang inklusif dan sejahtera.
Kebijakan yang menggunakan data dan bukti sebagai landasan yang kuat sangat dibutuhkan. Hal ini tentunya akan menjadi kontributor penting bagi kebijakan terkait pemberdayaan ekonomi perempuan, khususnya pelaku UMKM perempuan di masa mendatang, jelas Bintang Puspayoga lebih jauh.
Pedoman ini berisi tiga bagian besar yakni pertama, pengenalan dan tujuan diluncurkannya pedoman yang berisi data gender di Indonesia.
Pembuatan pedoman bagi UMKM perempuan di Indonesia muncul dari prioritas yang diberikan oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan kesetaraan gender dalam pekerjaan sektor swasta, mendorong koordinasi antara pemangku kepentingan publik dan swasta, dan menetapkan jalur pemantauan dan akuntabilitas yang jelas untuk mengukur keberhasilan.
Pada poin selanjutnya, menyoroti kemajuan yang telah dicapai oleh pemerintah Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, menekankan tantangan yang ada, dan menyediakan materi diskusi mengenai kebijakan seputar tindakan yang diperlukan untuk mempersempit kesenjangan gender di Indonesia.
Selebihnya, pedoman ini mendorong kolaborasi yang ada antara pemangku kepentingan sektor publik dan swasta dalam meningkatkan kesetaraan gender di lingkup pekerjaan.
Kedua, tinjauan visual dalam bentuk tabel dan grafik mengenai partisipasi angkatan kerja perempuan pada sektor swasta di Indonesia. Dari data yang disajikan, bisa dilihat bahwa selama dekade terakhir, partisipasi perempuan cenderung stagnan dan tetap lebih rendah bila dibandingkan dengan laki-laki.
Ketiga, mengenai tahapan selanjutnya untuk mencapai keberhasilan. Melalui pedoman ini, penyempurnaan panduan selanjutnya akan disiapkan sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan.
Pertemuan secara virtual pun akan dilakukan untuk meninjau Indikator Kinerja Utama (KPI) yang relevan, serta meninjau keterlibatan pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan kebijakan.
Panduan ini berfokus dari beberapa pertanyaan kunci yang diidentifikasi sebagai pertanyaan penting dalam menangani isu gender di Indonesia. Pembahasan setiap isu akan didasarkan pada temuan survei, laporan, tinjauan literatur, dan diskusi Bank Dunia dengan para pemangku kepentingan tentang partisipasi ekonomi perempuan, baik yang telah dilakukan maupun yang akan berlangsung ke depannya. ***