Juni 2021, Daging Ayam Ras hingga Cabai Merah Sumbang Deflasi Bali 0,38 Persen

2 Juli 2021, 07:35 WIB

Kepala Kantor Perwaakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno
Nugroho/Dok.Kabarnusa

Denpasar – Penurunan harga pada komoditas daging ayam ras, cabai rawit,
cabai merah hingga bawang merah memberi andil bagi terjadinua deflasi di
Provinsi Bali pada bulan Juni 2021.

Kepala Kantor Perwaakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho
mengungkapkan, penurunan harga daging ayam sejalan dengan upaya pemerintah
untuk meningkatkan stock ayam di Provinsi Bali.

Adapun penurunan harga aneka cabai dan bawang merah disebabkan oleh
meningkatnya pasokan di tengah distribusi antar wilayah yang membaik.

Provinsi Bali kembali mencatat penurunan tekanan harga pada bulan Juni 2021.
Deflasi tercatat sebesar 0,38% (mtm), lebih terbatas dibandingkan dengan bulan
sebelumnya yang mencatatkan deflasi sebesar 0,58% (mtm).

“Secara spasial, deflasi terjadi di kota Denpasar sebesar 0,3 persen atau mtm
dan kota Singaraja sebesar 0,52 persen atau mtm,” ungkap Trisno dalam siaran
pers, Kamis 1 Juli 2021.

Atas terjadinya deflasi itu, Trisno menjelaskan, turunnya tekanan harga
terjadi di kelompok volatile food, sedangkan kelompok core inflation dan
administered prices tercatat meningkat.

Secara tahunan, Bali mengalami inflasi sebesar 0,58 persen (yoy), lebih rendah
dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 1,07 persen (yoy) dan lebih
rendah pula dibandingkan dengan inflasi nasional yang sebesar 1,33 persen
(yoy).

Kemudian, kelompok volatile food mengalami deflasi sebesar 3,76 persen(mtm)
dibandingkan bulan sebelumnya. Kelompok barang core inflation mencatat inflasi
sebesar 0,26% (mtm), terutama disebabkan oleh naiknya harga canang sari dan
mas perhiasan.

Peningkatan harga canang sari meningkat seiring dengan banyaknya upacara adat
dan keagamaan sepanjang bulan Juni 2021 yang dipercaya sebagai bulan baik bagi
masyarakat Bali.

“Sedangkan peningkatan harga emas perhiasan mengkuti kenaikan harga emas
dunia,” sambungnya. Kelompok barang administered price mencatat inflasi
sebesar 0,28% (mtm) dibandingkan bulan sebelumnya, terutama bersumber dari
naiknya tarif angkutan udara.

Hal itu antara lain disebabkan naiknya permintaan penerbangan ke Bali seiring
program Work From Bali (WFB). Pada bagian lain, Trisno menjelaskan, Bank
Indonesia menilai inflasi Bali sampai dengan bulan Juli masih dalam keadaan
rendah dan stabil (di bawah 2 persen.

Beberapa upaya menjaga Kecukupan Pasokan akan terus dilakukan oleh Tim
Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik di tingkat provinsi maupun
kabupaten/kota seperti kerja sama antar daerah.

Selain itu, pemanfaatan teknologi dalam pemasaran produk-produk pertanian
(e-commerce) dan dalam produksi (digital farming) juga perlu terus didorong.
(rhm)

Artikel Lainnya

Terkini