![]() |
Diskusi bulanan RRI Denpasar mengusung tema Budaya Keberagaman sebagai Jiwa Kehidupan Toleransi |
Denpasar – Pancasila merupakan ideologi final yang menjadi kesepakatan bersama anak bangsa untuk mempersatukan keragaman yang ada di Indonesia. Hal tersebut menjadi pokok pikiran yang muncul dalam diskusi menjelang 1 Juni (Hari Lahir Pancasila) di RRI Denpasar, Jumat 31 Mei 2019.
Diskusi bulanan itu mengusung Tema ‘Budaya Keberagaman Sebagai Jiwa Kehidupan Toleransi.’ Narasumber dihadirkan Ida Sulinggih selaku Tokoh Agama Hindu dan Kepala Kantor Kementrian Agama Kota Denpasar Komang Sri Marhaeni.
Dalam diskusi, Ida Sulinggih, menyampaikan, dalam menjaga keberagaman dalam perspektif Hindu adalah dengan menjalankan konsep Tri Hita Karana dalam hidup.
“Dengan menjalankan Tri Hita Karana, maka keberagaman dan toleransi itu, dapat terjaga dengan baik,” tuturnya. Dalam kesempatan sama, Marhaeni menghimbau anak muda bisa menjadi tonggak utama dalam menjaga persatuan bangsa.
“Anak muda harus memiliki mental kuat untuk menjaga persatuan, meningkatkan pengetahuan keanekaragaman budaya, selalu bangga akan budaya lokal dan menyaring budaya – budaya asing yang masuk,” ajaknya.
Diskusi menghadirkan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi seperti dari Universitas Dwijendra, Universitas Pendidikan Ganesha, Universitas Ngurah Rai dan STPBI Denpasar.
Turut menjadi pembicara, Arya Gangga, mahasiswa Universitas Dwijendra, menyampaikan, Pancasila merupakan ideologi untuk mengakomodir seluruh keberagaman di Indonesia.
Jika ada kelompok – kelompok tertentu yang ingin merubah Pancasila sebagai ideologi bangsa, berarti ingin merusak NKRI sehingga tidak ada kata lain, harus dilawan.
Menurutnya, sebagai bangsa sudah memiliki konsensus bersama untuk menjaga Pancasila. Pancasila ideologi yang sangat tepat untuk menyatukan seluruh keberagaman di Indonesia.
Dia menghimbau, mahasiwa Indonesia lebih proaktif mengambil bagian dalam menyelesaikan persoalan – persoalan bangsa. Tentunya, hal itu dilakukan dengan cara yang dapat dilakukan selaku mahasiswa atau insan akademis.
“Mahasiswa Indonesia, mesti lebih proaktif dalam menanggapi persoalan – persoalan bangsa, mendiskusikannya dan menemukan rumusan untuk menyelesaikan persoalan,” imbuh Arya. (riz)