Strategi Pengendalian Inflasi di Bali: Mendorong Produktivitas Pertanian dan Efisiensi Rantai Pasok

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja mengungkapkan, tantangan utama saat ini adalah bagaimana mengendalikan kenaikan harga bahan pangan yang cukup tinggi

5 Februari 2025, 10:17 WIB

Denpasar Inflasi di Provinsi Bali menunjukkan dinamika menarik pada Januari 2025. Deflasi bulanan sebesar -0,02% memberikan indikasi adanya tekanan penurunan harga. Namun, di sisi lain, inflasi tahunan tetap menunjukkan peningkatan, meskipun secara umum terkendali.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja mengungkapkan, tantangan utama saat ini adalah bagaimana mengendalikan kenaikan harga bahan pangan yang cukup tinggi. Diperlukan strategi pengendalian inflasi yang lebih efektif, termasuk kolaborasi lintas sektor dan inovasi dari TPID.

Dinamika cuaca menjadi tantangan tersendiri bagi upaya menjaga stabilitas harga bahan pangan. Perbedaan inflasi antar wilayah pun terlihat jelas.

“Singaraja mencatat deflasi bulanan paling signifikan, sementara Tabanan mengalami inflasi tertinggi,” sebut Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja dalam keterangan tertulisnya Rabu 5 Februari 2025..

Hal ini mengindikasikan adanya faktor-faktor lokal yang mempengaruhi laju inflasi di masing-masing daerah.

Deflasi di Bali pada Januari 2025 menghadirkan gambaran yang menarik. Di satu sisi, kita melihat adanya penurunan harga pada sektor perumahan, air, listrik, dan bahan bakar, yang memberikan indikasi adanya penurunan biaya hidup. Namun, di sisi lain, harga bahan pangan masih terus mengalami kenaikan.

Penurunan tarif listrik dan harga canang sari menjadi faktor penting dalam deflasi ini. Namun, kenaikan harga cabai, kangkung, dan minyak goreng menunjukkan bahwa tekanan inflasi pada sektor pangan masih menjadi tantangan yang perlu diatasi.

Harga bahan pangan di pasar-pasar mengalami kenaikan karena musim hujan yang membuat hasil panen menurun dan sulit diangkut.

Ke depan, kita perlu berhati-hati karena cuaca buruk dapat menyebabkan masalah pada pertanian dan peternakan. Selain itu, kenaikan harga bensin juga dapat membuat ongkos transportasi menjadi lebih mahal.

Harga minyak goreng dan emas juga diperkirakan akan naik karena harga bahan baku dan harga emas dunia juga sedang naik.

Kenaikan harga bensin non subsidi menjadi salah satu faktor yang perlu diantisipasi karena berpotensi memicu kenaikan tarif angkutan darat. Selain itu, pergerakan harga minyak goreng dan emas perhiasan juga perlu dicermati karena dipengaruhi oleh harga komoditas global.

Kebijakan distribusi LPG 3 kg juga memerlukan perhatian khusus. Antisipasi terhadap potensi kenaikan harga di tingkat konsumen menjadi kunci untuk menjaga daya beli masyarakat.

Peningkatan permintaan canang sari menjelang hari raya Saraswati, Banyu Pinaruh, Pagerwesi, dan Tumpak Landep juga perlu diantisipasi oleh para pelaku pasar. Ketersediaan pasokan dan stabilitas harga menjadi faktor penting untuk memastikan kelancaran perayaan hari raya.

Untuk mengatasi risiko inflasi di masa depan, diperlukan strategi yang komprehensif. KPw BI Bali mengajak seluruh TPID untuk berkolaborasi dalam menjaga stabilitas harga, sejalan dengan hasil rapat koordinasi TPIP dan TPID Balinusra pada November 2024.

Fokus utama strategi ini adalah peningkatan produktivitas pertanian dan efisiensi rantai pasok. Peningkatan produktivitas pertanian dapat dicapai melalui penguatan regulasi perlindungan lahan pangan berkelanjutan dan mitigasi alih fungsi lahan, penguatan akses petani terhadap input produksi, serta pendampingan dan penguatan akses pembiayaan melalui sinergi Pemda-Perbankan-Jamkrida.

Peningkatan efisiensi rantai pasok memerlukan keterlibatan berbagai pihak. Ekosistem ketahanan pangan yang melibatkan BUMDes, Perumda pangan, dan koperasi dapat menjadi solusi. Selain itu, kerja sama yang kuat antara petani, penggilingan, Perumda pangan, dan sektor horeka juga diperlukan untuk menciptakan rantai pasok yang efisien dan berdaya saing.

Regulasi yang mendukung penggunaan produk lokal oleh horeka juga menjadi faktor penting. Dengan penggunaan produk lokal, diharapkan dapat tercipta multiplier effect bagi perekonomian daerah.

KPw BI Bali terus mendorong sinergi dan inovasi di seluruh kabupaten/kota untuk mengimplementasikan strategi 4K pengendalian inflasi. Strategi ini mencakup keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif.

Melalui penguatan implementasi kebijakan 4K, Bank Indonesia meyakini inflasi Provinsi Bali pada tahun 2025 akan tetap terjaga dalam kisaran target inflasi nasional 2,5%±1%. ***

Berita Lainnya

Terkini