Andil Penting Ortu untuk Anak Berkebutuhan Khusus

2 November 2014, 16:06 WIB

Kabarnusa.com
Orang tua memainkan peranan penting untuk melatih membimbing dan
memberi semangat terhadap anak berkebutuhan khusus dalam mencapai
kehidupan yang lebih baik.

Dalam kaitan itu, Yayasan Swara Swari
bersama Kolewa Foundation menggelar family gathering yang diikuti
puluhan orang tua dan anak berkebutuhan khusus terutama yang mengalami
gangguan pendengaran atau tuna rungu.

Hadir sebagai pembicara dr
Eka Putra Setiawan pakar THT dari RSUP Sanglah Denpasar dan Ni Made
Swasti Wulanyani Staf Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana, Denpasar.

Dalam acara berlangsung cukup
akrab, orang tua menumpahkan uneg-unegnya, bagaimana beratnya merawat
anak berkebutuhan khusus. Apalagi, untuk anak yang masih balita,
membutuhkan kesabaran ekstra.

“Anak saya dua tahun, baru bulan
Mei lalu saya mengetahui ada gangguan pendengaran, setelah periksa
dokter THT disarankan memakai alat bantu dengar,” terang salah seorang
ibu dalam acara family gathering yang digelar Yayasan Swara Swari di
Puri Bendesa Villas, Ungasan, Badung, Minggu (2/11/2014).

Memakai
alat bantu dengar tidaklah segampang yang dibayangkan. Bagi anak usia
balita, meyakinkan akan manfaat mengenakan seperangkat alat di telinga
atau anggota tubuhnya, tidaklah mudah.

“Awalnya mau dipasangin,
kemudian dilepas lagi begitu seterusnya,katanya volume alat bantu dengar
terlalu besar sehingga tidak nyaman,” imbuh ibu empat anak itu.

Cerita
lainnya dirasakan orang tua yang merasa beratnya memasang alat bantu
dengar ke telinga anaknya yang tuna rungu, setelah usia 13 tahun.

“Memakai
alat bantu dengar bagi anak saya yang tinggal di desa, menjadi
persoalan, dia diperlakukan beda oleh teman-teman dan masyarakat. Anak
saya merasa dikucilkann oleh pergaulannya,” aku seorang ibu asal
Kabupaten Karangasem.

Beragam persoalan, keluh kesah dan suka
duka disampaikan mereka pada pertemuan yang didukung pula oleh Harmony
Hearing Center sebagai perusahaan pemasok alat bantu dengar di Bali.

Dalam
kesempatan itu, tim psikolog dari Unud yang dikoordinatori Wulanyani
mengatakan, pihaknya melakukan pelayanan psikologi kepada orang tua yang
ingin melihat perkembangan psikologis anak-anak yang mengalami gangguan
pendengaran.

 

“Anak-anak ini membutuhkan emosi khusus,
komunikasi khusus dari para orang tua,” kata alumnus Psikologi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta itu.

Dalam pemeriksaan itu,
dimulai screening ulang terhadap aspek kognitif dan afektif mereka. Agar
pemeriksaan bisa berjalan dengan baik dilakukan secara fleksibel,
artinya menunggu kesiapan si anak.

Tak heran, pemeriksaan atau
konsuling dilakukan sembari mereka melakukan aktivitas layaknya dunia
anak yang dekat dengan permainan. Keberhasilannya, juga bergantung pada
mood si anak.

“Kalau mood anak lagi bagus, maka cepat juga
hasilnya diketahui, tetapi kita tidak boleh memaksa, tergantung pada
mood anak,” sambungnya.

Hasil konsuling ini nantinya akan disampaikan ke orang tua, tentang bagaimana potensi anak yang perlu dikembangkan.

“Intinya
orang tua sangat berperan dalam mengembangkan potensi anak, orang tua
dan anak bisa saling isi, di sinilah pentingnya komunikasi,” imbunya.
(rma)

Berita Lainnya

Terkini