Banyak Musibah, Wagub Bersama Tokoh Hindu Ingin Gelar Upacara Yadnya

17 Februari 2020, 22:44 WIB
Wagub meminta berbagai pertimbangan dari Ida Begawan, Ida
Pedanda yang menguasai sastra, para Pemangku Pengempon Pura Besakih,
Bendesa Pura Besakih, PHDI, MUDP dan juga FKUB/ist.

Denpasar – Wagub Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati menyatakan keinginan
menyeimbangkan kembali keadaan alam semesta, baik di sekala maupun
niskala dengan menggelar Upacara Yadnya,

Karenanya, Wagub meminta berbagai pertimbangan dari Ida Begawan, Ida
Pedanda yang menguasai sastra, para Pemangku Pengempon Pura Besakih,
Bendesa Pura Besakih, PHDI, MUDP dan juga FKUB.

Hal itu didasari, akhir akhir ini beberapa kejadian termasuk salah satunya wabah virus corona dan virus ASF yang menyerang ternak babi yang belakangan ini menyerang dunia pariwisata,

Hal itu,terungkap dalam rakor persiapan Karya Pemelepeh lan Pemahayu Jagat, di ruang rapat Wagub Bali, Senin (17/2/2020).

Cok Ace, serangan virus tidak akan memasuki Provinsi Bali, karena pulau ini hanya memiliki sumber daya manusia saja, sehingga pariwisata dan kunjungan wisatawan memiliki peran yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat Bali.

Wagub juga mengingatkan agar dalam beryadnya harus mengetahui secara matang tingkatan karya yang akan dilaksanakan, baik dari nama karya dan besar kecilnya upakara yang akan dilaksanakan.

Dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali maka harus dipadukan dengan Nangun Sekala dan Niskala yang nantinya akan dilaksanakan karya Pemelepeh lan Pemahayu Jagat, pada tanggal 23 Februari mendatang bertepatan dengan Tilem Sasih Kewulu di Bencingah Pura Penataran Agung Besakih.

Perwakilan PHDI Bali I Gede Sutarya mengatakan agar seluruh pihak terkait melakukan koordinasi terlebih dahulu dalam menentukan nama karya.

Hal itu dimaksudkan agar tidak menimbulkan pertanyaan di tengah masyarakat yang nantinya tidak menutup kemungkinan juga dapat memecah belah persaudaraan.

Nama harus disesuaikan dengan lontar yang ada, tingkatan upakara juga harus sesuai dengan kaedah tingkatan karya yang sebelum-sebelumnya sudah sempat dilaksanakan, agar tidak ada tingkatan upacara yang terlewati dan melangkahi karya yang belum pernah (seharusnya) dilaksanakan.

“Karena apabila selaku manusia kita menentang yadnya atau melakukan yadnya yang secara berlebihan akan mengakibatkan sebuah kehancuran bagi alam semesta dan isinya, baik itu gerubug, sakit bahkan sebuah peperangan,” ungkap Sutarya dalam usulan rapatnya.

Melalui rapat koordinasi persiapan ini, upacara Pemelepeh lan Pemahayu jagat ini akan menghasilkan perencanaan yang matang, sehingga karya akan berjalan dengan lancar dan dapat memberikan keseimbangan sekala dan niskala bagi kehidupan yang berkelanjutan ke depannya. (riz)

Berita Lainnya

Terkini