Penanaman pohon di kawasan pantai memperingati hari tsunami sedunia./Dok.BNPB. |
Lumajang– Hari Kesadaran Tsunami Sedunia diperingati setiap tanggal 5 November di mana kali ini BNPB melakukan penanaman pohon di kawasan Pantai Mbah Drajid di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Sekretaris Utama BNPB Lilik Kurniawan menjelaskan, kegiatan ini menjadi salah satu langkah mitigasi tsunami bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan tsunami.
Menurutnya, mangrove jika sudah besar insya allah menjadi pelindung manusia dari terjangan tsunami.
Untuk mengurangi dampak bencana yang paling penting adalah kesiapsiagaan kita akan ancaman tsunami, kita tinggal di daerah rawan tsunami,
“Kita harus mengerti harus pergi (evakuasi) kemana, karena selamat adalah hak kita semua, caranya adalah kita harus mempunyai ilmunya dan harus mengerti bagaimana cara, kemudian harus dilatih secara terus menerus,” jelas Lilik dilansir dari keterangan tertulis, Jumat (5/11/2021).
Penanggulangan bencana tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah baik itu pemerintah pusat maupun daerah, bencana adalah urusan bersama seluruh elemen bangsa.
Pemerintah pusat dan daerah menjadi penanggung jawab utama untuk penanggulangan bencana, tetapi tugas melindungi ini tidak hanya BNPB dan BPBD saja namun juga seluruh kementerian dan lembaga lain serta TNI / Polri, tetapi jauh lebih penting keterlibatan masyarakat,.
“Karena bencana adalah peristiwa lokal, kalau masyarakatnya kuat dan tangguh, insya Allah kita bisa menangani bencana dengan baik,” lanjutnya.
Pada kesempatan sama, Abdul Muhari selaku Plt. Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Bencana BNPB mengungkapkan, belum ada alat yang bisa memprediksi kapan terjadinya gempa tapi kita bisa tahu adanya potensi gempa di beberapa daerah di Indonesia.
Dijelaskan, hampir seluruh pesisir selatan Jawa merupakan daerah rawan tsunami. Sampai saat ini belum ada teknologi yang bisa menentukan kapan dan dimana akan terjadi gempa berikutnya.
Namun kita bisa tahu di selatan jawa ada zona megathrust yang mungkin memiliki potensi gempa besar di masa depan,” ungkap Abdul.
Kemudian ia menuturkan, bagi warga yang tinggal di pesisir pantai, jika merasakan gempa menerus selama 20 hingga 30 detik baik itu gempa kuat maupun mengayun, langsung lakukan evakuasi.
Jika ada gempa, kemudian menerus terasa 20 hingga 30 detik, masyarakat yang tinggal di pesisir pantai harus lakukan evakuasi, karena gempa tersebut mungkin akan menyebabkan tsunami.
Berikutnya, yang paling penting adalah mitigasi berbasis alam dengan menanam vegetasi di sekitar pantai dan jangan lupa memelihara gumuk pasir yang sudah ada karena dapat berfungsi menjadi hambatan dan mengurangi kecepatan tsunami,” tuturnya.
Sementara itu Pangarso Suryotomo, Direktur Kesiapsiagaan BNPB menyatakan, masyarakat harus dilibatkan dalam meningkatkan kesiapsiagaan bencana, karena masyarakat yang akan merasakan langsung risiko yang diakibatkan bencana.
“Semua kegiatan terkait kesiapsiagaan, mitigasi dan edukasi, harus melibatkan masyarakat dan informasi diberikan secara aktual dan terpercaya bagi masyarakat sehingga masyarakat dapat memedomani informasi tersebut,” kata Pangarso.
Selain melakukan penanam pohon mangrove, peringatan Hari Kesadaran Tsunami Sedunia ini juga diisi dengan sesi edukasi terkait tsunami.
Kesiapsiagaan harus dimulai dari tingkat individu dan komunitas. Dengan semakin banyaknya komunitas yang sadar akan arti penting kesiapsiagaan terhadap bahaya tsunami, kapasitas kolektif masyarakat diharapkan juga semakin meningkat.(Miftach Alifi)