Doa bersama untuk almarhum Gus Dur di Klungkung, Bali, Sabtu 28/11/2013 (Kabarnusa) |
Kabarnusa.com, Klungkung – Tokoh agama dan masyarakat di Kabupaten Klungkung, Bali larut dalam doa bersama yang dipanjatkan untuk guru bangsa almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Para tokoh lintas agama memanjatkan doa sesuai keyakinan masing-masing berkaitan dengan peringatan Haul ke-4 Gus Dur yang wafat pada 30 Desember 2009.
Hadir dalam doa bersama itu, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Bali Ida Bagus Wiana dan Anggota BPK yang juga Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (NU) Ali Masykur Musa dan pimpinan Asrham Gandi Gus Indra Udayana.
Mereka larut saat mengenang dan memanjatkan doa untuk mantan Presiden RI alamghfurllah KH Abdurrahman Wahid.
Mereka hadir Mewakili agama masing-masing seperti Islam, Hindu, Protestan, Katolik, Konghucu dan Buddha. Para tokoh lintas agama itu tampak khusyuk memanjatkan doa sesuai keyakinan masing-masing kepada almagfurllah Gus Dur.
Doa untuk umat Hindu dipimpin Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) IB Wiana. Hadir dalam doa itu pimpinan Asrham Gandi Gus Indra Udayana dan Ketua Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (NU), Ali Masykur Musa.
Saat memberikan sambutannya, tokoh Hindu Wiana menuturkan, Gus Dur bagi umat Hindu di Bali sudah sangat dekat dan sangat dihormati karena pemikiran dan perjuanganya dalam mengembangkan pluralisme dan menjaga toleransi umat beragama.
Banyak hal diteladani dari sosok Gus Dur di antaranya sikap hidup saling menyayangi dan menghormati tanpa memandang segala perbedaan.
“Gus Dur mengajarkan kita saling menyayangi. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik, orang tak pernah bertanya apapun agamamu,” jelas Wiyana mengutip ucapan Gus Dur Sabtu (28/12/2013).
Hal sama disampaikan pimpinan Ashram Gandi Gus Indara Udayana yang merupakan putra tokoh wanita Bali Ibu Gedong menuturkan, persahabatan ibundanya dengan Gus Dur terjalin dengan baik yang diteruskan oleh keluarganya.
“Almarhum Gus Dur beberapa kali mengunjungi dan menginap di Asrham Gandhi Puri,” imbuhnya.
Sementara tokoh muda NU, Ali Masykur Musa yang memimpin doa untuk umat Islam menambahkan, Gus Dur bukan milik satu golongan saja.
“Oleh karena itu, wajar apabila ada kerinduan terhadap Gus Dur ini dirasakan semua kalangan masyarakat karena mereka mencintai Gus Dur dan Gus Dur mencintai rakyatnya,” imbuh Cak Ali, sapaannya.
Kata Cak Ali, Gus Dur, mewariskan semangat kebangsaan yang tinggi bahwa setiap orang, apapun latar belakang agama, suku, kelompok dan golongannya harus dihormati harkat dan martabatnya.
Menurut dia, Gus Dur memaknai ke-Indonesian sebagai kemajemukan yang dirajut dengan kesetaraan dan keadilan yang tak boleh diciderai, apalagi dengan kekerasan.
Peringatan hari ini, sebagai upaya memperjuangkan agar kebhinekaan Indonesia tak boleh luntur.
“Kami tergerak mengembalikan semangat dan kesadaran supaya lebih menghargai perbedaan serta tidak terjebak gerakan intoleransi,” tukas Capres Konvensi Partai Demokrat itu.
Dia melanjutkan, Gus Dur selalu melindungi tanpa lelah kelompok yang terpinggirkan oleh arogansi kekuasaan.
Politik di tangan Gus Dur diarahkan untuk memastikan keadilan semua bidang dan tingkatan.
Saat ini, sikap-sikap seperti yang diwariskan Gus Dur itu, sangat diperlukan di tengah kecenderungan politik dangkal, praktis dan hanya berorientasi kekuasaan.
“Semasa kepemimpinan Gus Dur, perbedaan masyarakat baik itu suku, agama, ras dan antargolongan menjadi bingkai membangun kehidupan bangsa yang damai, adil dan saling menghormati. Cita-cita Gus Dur harus terus kita perjuangkan,” ajak mantan Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) itu. (kto)