Karya 25 Perempuan Seniman Tanah Air Dipamerkan di Ubud

19 Oktober 2018, 09:12 WIB

25%2Bseniman%2Bperempuan

DENPASAR – Pameran kelompok 25 perempuan perupa di Indonesia, Efek Samping, akan resmi dibuka di Karja Art Space, Ubud, Bali Sabtu, 20 Oktober hingga 9 November 2018.

Digagas dan diselenggarakan Futuwonder sebuah kolektif lintas disiplin, pameran Efek Samping ini merupakan program proyek seni Masa Subur yang ditujukan untuk memantik tumbuh suburnya peran aktif perempuan pekerja seni di wilayah seni rupa kontemporer.

Pameran ini akan dibuka oleh Ayu Laksmi dan Sinta Tantra (seniman Britania Raya keturunan Bali).

Futuwonder sebagai sebuah kolektif baru dibentuk pada awal tahun 2018 oleh 4 perempuan pekerja seni dari berbagai latar belakang profesi. Mereka adalah Citra Sasmita (perupa), Putu Sridiniari (konsultan desain lepas), Savitri Sastrawan (kurator/penulis), dan Ruth Onduko (manajer seni).

Proyek Masa Subur adalah gagasan awal dari rangkaian program yang telah mereka kerjakan sejak pertengahan tahun 2018, salah satunya adalah penyelenggaraan pameran yang pesertanya adalah perempuan pekerja seni.

“Awalnya proyek seni ini kami ajukan untuk salah satu hibah seni tapi sayangnya tidak lolos,” ujar Ruth Onduko dalam rilis, Jumat (19/10/2018).

Meskipun dana hibah tidak turun, kami tetap melanjutkan proyek ini secara swadaya dan swadana, kami punya visi dan misi ke depan yang kami yakini penting bagi tumbuh suburnya peran aktif perempuan di wilayah seni rupa kontemporer, khususnya di Bali.

Pameran bisa menjadi pemantik bagi pelaku seni lainnya untuk melakukan hal serupa, saling mendukung, bekerjasama agar tercipta eksositem seni oleh dan untuk perempuan semakin progresif dari sisi kualitas dan kuantitas.

“Masa Subur adalah momentum bagi para pekerja seni khususnya perempuan untuk tumbuh berkembang,” jelas Ruth. Terus berdiskusi, masing-masing anggota Futuwonder memetakan permasalahan yang terjadi dalam situasi berkesenian para perempuan seniman berdasarkan pengalamannya di Bali.

Representasi perempuan seniman di Bali sangat minim dan hampir tidak ada konsolidasi untuk

merubah keadaan. Situasi ini menjadi status quo, sesuatu yang niscaya atau istilah Bali-nya: nak

mule keto (sudah dari dulu begitu).

“Ekosistem kesenian tidak berkembang untuk mengakomodir perempuan seniman selain itu tuntutan kewajiban di institusi keluarga maupun adat menghambat pergaulan di ranah kreatif dan intelektual”, ungkap Putu Sridiniari.

Futuwonder melihat bahwa ada banyak potensi dari perempuan pekerja seni di Bali yang sangat baik namun secara kuantitas mereka jarang muncul di event-event pameran kontemporer yang ada di Bali.

Sebagian besar perempuan pekerja seni yang menghadirkan antithesis dari selera estetika dalam arus utama seni rupa pun menghadapi beberapa tantangan.

Tantangan seperti sulitnya apresiasi dan kesempatan memamerkan karya dalam ruang representatif dimana berbagai ide dapat bertemu sehingga memantik diskursus karya-karya perempuan pekerja seni dapat berjalan dinamis yang menjadikan perempuan turut aktif dalam memberikan sumbangsih pengetahuan dan wacana dalam dunia seni rupa.

Wacana perempuan dalam seni rupa pun kerap kali dianggap wacana yang sifatnya insidental karena terpengaruh trend feminisme yang sedang bekerja dalam situasi politik dunia.

Alih-alih masyarakat bisa menikmati karya seni secara objektif namun yang menjadi “efek samping” adalah adanya kecurigaan dalam pembacaan karya perempuan yang selalu diasosiasikan dengan visual banal dan radikal.

Atau, merupakan hal yang tidak perlu dibesar-besarkan karena hanya menghadirkan ekspresi personal yang tidak akan memberikan dampak secara luas dalam pembacaan wacana seni rupa.

Citra Sasmita menambahkan permasalahan yang dihadapi perempuan dalam dunia seni rupa global. Proyek Masa Subur mencoba menghadirkan produktifitas perempuan pekerja seni yang tidak hanya aktif berkarya namun aktif juga dalam memproduksi ide dan gagasan.

Futuwonder dalam seleksi karya menawarkan metode yang disebut PKK (Program Kurasi Kolektif), sebuah metode untuk memberikan penilaian dan pemilihan karya peserta Open Call berdasarkan beberapa kriteria yang disepakati Futuwonder, yaitu visual dan kecakapan peserta dalam membuat karya seni, gagasan dan korelasi karya dengan tema besar Masa Subur.

Tercatat lebih dari 100 aplikasi dari berbagai kota dan daerah di Indonesia. Tidak hanya peserta dari Jawa dan Bali namun peserta dari Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi juga turut mengirimkan karya dan ide terbaik mereka.

Mereka mengangkat permasalahan keperempuanan, pengalaman sosial dan kultural serta tantangan yang mereka hadapi sebagai perempuan.

Seniman terpilih dari proses seleksi PKK adalah Ika Yunita Soegoro, Ni Luh Listya Wahyuni, Sekar Puti, Santy Wai Zakaria, Siti Nur Qomariah, Patricia Paramita, Nuri F.Y, Tactic, Plastic Project, Findy Tia Anggraini, A.Y Sekar F, Christine Mandasari Dwijayanti, Venty Vergianti, Irene Febry, Osyadha Ramadhana, Evy Yonathan, Caron Toshiko Monica, Khairani Larasati Imania, Luna Dian Setya, Dea Widya, Sumie Isashi, Salima Hakim.

Sedangkan seniman undangan yang dipilih untuk merepson tema Masa Subur adalah Mangku Muriati, Ika Vantiani, Andita Purnama dan Citra Sasmita. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini