Kasus Ahok, Ketum Kiai Muda Indonesia Sebut Nusron Wahid Sudah Benar

15 Oktober 2016, 12:50 WIB
Jamaah Ashabul Kahfi dalam kajian Alhikam @2016

JAKARTA – Ketua Umum Kiai Muda Indonesia Gus Wahyu NH Aly menilai apa yang disampaikan Ketua PBNU KH. Nusron Wahid dalam kasus penistaan agama diduga dilakukan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tidak ada yang keliru.

Ia menjelaskan, pernyataan Nusron di salah satu stasiun TV swasta beberapa hari lalu, dinilainya tidak ada yang kasar, melainkan lantang atau suaranya keras. Hal itu disampaikan Gus Wahyu di depan jamaah Ashabul Kahfi, majlis thoriqoh Syadziliah.

Menurutnya, yang paling benar memahami ayat-ayat Alquran adalah Allah SWT dan Rasulullah SAW. “Apa yang dikatakan ketua PBNU Nusron Wahid itu baik, bagian dari cara berfikirnya,” katanya di depan ratusan jamaah Ashabul Kahfi di Slipi dalam kajian Alhikam, Sabtu (15/10/2016).

.

Perbedaan di tengah-tengah ulama menyoal Ahok, baik mendukung maupun menolak, Gus Wahyu, panggilannya, mendoakan agar semuanya bernilai ibadah. Kata dia, perbedaan dalam memikirkan suatu kemaslahatan dalam Islam disebutnya bukan sesuatu yang buruk, melainkan suatu hal yang bagus.

Ulama yang menilai Ahok benar, mereka itu benar-benar ulama. Dan ulama yang menolak Ahok juga benar-benar ulama. Dalam Islam, perbedaan itu keniscayaan selama itu memiliki landasan yang baik. Sehingga, dalam Islam terbuka keragaman dalam ber_ijtihad.

“Berijtihad_ dalam Islam, kalau salah dapat pahala satu dan kalau benar dapat pahala dua,” tegasnya. Terpenting, dikatakan cucu KH. Abdullah Siradj Aly ini, semua ulama yang menyoal Ahok, baik yang mendukung maupun menolak, agar saling menghargai, tidak memaksakan hasil pemikirannya pada ulama lain yang berbeda pemikiran.

Lakum a’malukum wa ‘amali linafsiy_. Perbedaan dikalangan ulama bukan untuk saling menghujat, bukan untuk saling bergaya, tapi untuk saling memahami apabila perbedaan itu benar-benar ada. “Sehingga, semua pihak semestinya saling bercium tangan,” tambahnya.

Perbedaan telah ada dalam kitab-kitab tafsir. Hanya saja, terkait Ahok menurutnya ulama yang ramai saat ini baik yang mendukung maupun yang menolak, dinilainya belum terlihat ada upaya menafsirkan kitab-kitab tafsir, dan apalagi menafsirkan langsung firman Allah SWT.

Menurutnya, ulama-ulama yang ramai membicarakan Ahok saat ini, baru masuk di wilayah menempel-nempelkan ayat atau memaksakan suatu ayat tertentu. Kata dia, ulama-ulama yang ramai saat ini, jangankan ber_ijtihad_, pendekatan _ushul fiqh_ saja belum dilakukan untuk menilai Ahok. Melainkan baru di wilayah menempel-nempelkan ayat dan suatu _qoul_.

“Tapi tidak mengapa, itu sudah baik karena ada upaya berfikir. Terpenting, semua ulama saling bercium tangan,” sambungnya. Diterangkan dalam kesempatan tersebut, banjir darah sesama umat Islam sepanjang sejarah menurutnya karena adanya pihak yang menolak secara ekstrim _ijtihad_ pihak lain. Tidak adanya rasa saling menghargai, menghormati perbedaan dalam proses dan hasil berijtihad. (des)

Berita Lainnya

Terkini