Korban Fitnah Medsos, Presiden Jokowi: Masak Ada PKI Balita

26 Oktober 2018, 00:00 WIB
IMG 20181026 131347
Presiden Jokowi saat penyerahan sertifikat tanah di Samarinda/foto: biro pers setpres

SAMARINDA – Presiden Joko Widodo tak hentinya mengajak masyarakat menjaga persatuan dan persaudaraan jangan sampai karena Pemilu atau Pilpres lantas membuat sesama anak bangsa tidak seperti saudara.

Kata Jokowi, sebagai sebuah negara besar yang dianugerahi Tuhan dengan berbagai keragaman, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Potensi dan kekuatan tersebut akan muncul jika seluruh komponen bangsa bersatu.

“Saya mengimbau masyarakat untuk terus menjaga dan memelihara persatuan, kerukunan, dan persaudaraan bangsa,” ucap Jokowi saat berbicara di depan masyarakat penerima sertifikat hak atas tanah di Lapangan Stadion Madya Sempaja, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur, Kamis, 25 Oktober 2018.

Biasanya mulai ruwet itu kalau ada pilihan bupati, walikota, gubernur, atau pilihan presiden. “Kok kita ini kayak bukan saudara saja. Padahal kita ini saudara sebangsa dan setanah air. Hati-hati,” kata Kepala Negara wanti-wanti.

Pihaknya menyayangkan jika proses demokrasi yang rutin terjadi setiap lima tahun tersebut justru membuat bangsa terpecah belah. Presiden tidak menginginkan masyarakat menjadi tidak saling sapa hanya karena perbedaan pilihan dalam pesta demokrasi.

Mantan Wali Kota Solo itu memandang pesta demokrasi seharusnya menjadi ajang adu program, adu gagasan, adu ide, adu prestasi, dan adu rekam jejak. Bukan ajang untuk saling mencela, saling menjelekkan, atau bahkan saling memfitnah.

“Ini bukan tata krama Indonesia, bukan etika Indonesia, bukan nilai-nilai keindonesiaan kita yang penuh etika, tata krama, dan agamis,” ucap alumnus Universitas Gadjah Mada Yogyakarta itu. Presiden pun bercerita dirinya pernah menjadi korban fitnah di mana ia dituduh sebagai kader PKI.

“Kita lihat coba di media sosial fitnah-fitnah yang enggak pernah berhenti. Presiden Jokowi itu PKI, coba. Astaghfirullah. PKI dibubarkan tahun 65/66, saya dilahirkan tahun 61, umur saya baru 4 tahun, masa ada PKI balita? Ampun yang namanya politik itu kadang-kadang kejamnya seperti itu,” sesalnya.

Mendengar cerita Presiden ini, masyarakat yang hadir berujar Presiden harus sabar dalam menghadapi berbagai kabar yang tidak benar itu. “Sabar pak, sabar,” seru beberapa masyarakat.

Karenanya, di penghujung pidato Presiden kembali mengajak seluruh masyarakat untuk menjunjung tinggi nilai-nilai agama, etika, tata krama, dan sopan santun. Karena nilai-nilai itulah yang terkandung dalam adat dan budaya Indonesia dan dalam agama yang kita anut.

“Marilah kita jaga bersama-sama kerukunan, persaudaraan, persatuan kita. Jangan sampai karena pilpres, pilgub, pilkada kita kelihatan enggak saudara lagi,” ajak Jokowi. (rhm)

Artikel Lainnya

Terkini