Kabarnusa.com – Momentum Hari Raya Nyepi pada 9 Maret 2016 hendaknya dimaknai sebagai media untuk introspeksi diri bagi umat Hindu atas apa yang telah dilaksanakan pada masa lalu dan merencanakan apa yang akan dilakukan pada masa mendatang.
Lewat Catur Brata Penyepian yaitu: Amati Amati geni (tidak menyalakan api termasuk memasak),Amati karya (tidak bekerja), Amati lelungan (tidak bepergian), Amati lelanguan (tidak mencari hiburan).
Gubernur Bali, Made Mangku Pastika dalam orasinya di Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS), Minggu (6/3).
Menurut Pastika, waktu yang diberikan pada hari raya Nyepi merupakan waktu yang tepat untuk merenenung dan mempersiapkan apa yang kan dikerjakan pada masa yang akan datan.
“Memang benar rejeki, jodoh, dan maut hanya Tuhan yang tau,” ungkap Pastika dalam orasinya di Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS), Minggu 6 Maret 2016.
Meskipun semua hal tersebut sudah ada yang mengatur, akan tetapi sebagai manusia dibekali bayu (kemampuan bergerak), sabda (kemampuan berbicara) dan idep (kemampuan berpikir).
Kata dia, sebagai mahluk yang memiliki kelebihan akal (idep), manusia akan mampu memilih dan menentukan masa depannya yang lebih baik dan menghidari hal yang buruk.
Momentum Nyepi, diharapkan dapat menjadi waktu yang tepat untuk pengendalian diri dari hal-hal yang dapat membahayakan diri sendiri.
“Saat Nyepi, saya tidak ingin dipakai ajang metuakan dan maceki,” harapnya dilansir laman birohumas.baliprov.go.id. (kto)