YYADU Ajak Kelola Sampah Laut dalam Mewujudkan Pariwisata Berkelanjutan

Demi mewujudkan pariwisata berkelanjutan Yok Yok Ayok Daur Ulang! (disingkat YYADU!) sebagai program advokasi dan edukasi daur ulang plastik mengajak semua pihak mengelola sampah laut.

11 Desember 2022, 17:18 WIB

Sanur -Yok Yok Ayok Daur Ulang! (disingkat YYADU!) sebagai program advokasi dan edukasi daur ulang plastik mengajak semua pihak mengelola sampah laut demi mewujudkan pariwisata berkelanjutan.

Ajakan YYADU cukup beralasan mengingat, pencemaran plastik di laut merupakan masalah yang kompleks dan tidak mengenal batas wilayah atau negara.

Tidak semata-mata permasalahan langsung dari laut, namun lebih jauh ke hulu, seperti bagaimana industri memproduksi dan mendistribusikan produk plastik, hingga yang terpenting adalah bagaimana konsumen atau masyarakat menangani sampah yang dihasilkan.

Hal tersebut merupakan rantai panjang dari daur nilai plastik (life cycle).

Karenanya, melihat permasalahan sampah laut yang sedang terjadi saat ini di pantai-pantai bagian selatan pulau Bali, YYADU yang merupakan program advokasi dan edukasi daur ulang plastik terus berupaya untuk menghadirkan solusi dan meningkatkan kesadaran penanganan serta pengelolaan sampah melalui kolaborasi penta helix.

Kolaborasi melibatkan beberapa pihak, yakni pemerintah, masyarakat dan komunitas, akademisi, industri, dan juga publikasi / media.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno mengutip data Sustainable Travel Report, 83% wisatawan menganggap perjalanan berkelanjutan itu penting dan 62% wisata global lebih memilih destinasi dan akomodasi yang bersertifikasi ramah lingkungan.

“Kemenparekraf mencoba menyikapi adanya perubahan tren global pariwisata dengan mengembangkan destinasi wisata menjadi smart-green destination,” tuturnya pada seminar “Yok Yok Ayok Daur Ulang: Kelola Sampah Laut untuk Wujudkan Pariwisata Berkelanjutan”.

Adanya ketimpangan antara sosial-budaya serta ekonomi dan lingkungan menjadi PR (pekerjaan rumah), salah satunya adalah pengelolaan sampah responsible atau bertanggungjawab.

“Guna mewujudkan aksi nyata tersebut, perlu dilengkapi melalui proses komunikasi, informasi, edukasi, dan sosialisasi,” ujar Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, Sandiaga Uno.

Pada kesempatan sama, Wakil Gubernur Bali, Prof. Tjokorda Oka Artha atau yang akrab disapa Cok Oce menyampaikan, sektor pariwisata di Bali saat ini sedang dalam pemulihan.

Menurutnya, masa transisi kembalinya wisatawan ke Bali ini harus diimbangi dengan kesiapan destinasi wisata dari aspek-aspek seperti salah satunya kebersihan.

Merawat lingkungan sudah menjadi kewajiban masyarakat Bali sejak dulu untuk menjaga kearifan Bali.

“Namun, seiring terjadinya transformasi mata pencaharian, terjadi kevakuman tanggung jawab. Kewajiban ini perlu diingat dan diimplementasikan kembali di masa sekarang,” tutur mantan Bupati Gianyar ini.

Lingkungan termasuk pantai memiliki banyak fungsi bagi masyarakat Bali yang sebagian besarnya dikelilingi oleh pantai, mulai dari fungsi budaya, konservasi, transportasi, dan lain-lain.

Hanya saja persoalan-persoalan terkait pencemaran sampah tidak dapat dihindari, mulai dari sampah kayu pada musim-musim tertentu, limbah cair, bahkan limbah minyak di daerah-daerah pelabuhan.

Pihaknya sudah berusaha dari hulu ke hilir memperhatikan masalah lingkungan, dari gunung, danau, sungai, mata air hingga ke pantai dan laut, karena berbicara lingkungan itu sifatnya multi-sektor.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali Made Teja menambahkan, berdasar kebijakan Gubernur terkait pengelolaan sampah berbasis sumber, kami terus berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat terkait implementasinya.

Bergabungnya pihak pemerintahan melalui Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali, masyarakat dan komunitas melalui Bali Waste Cycle, Bali Tourism Board, dan Greeneration Foundation, publikasi media melalui Jaringan Jurnalis Peduli Sampah, serta industri melalui PT Trinseo Materials Indonesia dalam program advokasi dan edukasi YYADU! diharapkan dapat menghadirkan solusi penanganan sampah, khususnya di Bali yang saat ini berfokus pada sampah laut.

Ketua Bali Tourism Board Ida Bagus Agung menambahkan,saat ini, setiap harinya kami (Bali) selalu kedatangan visitor, baik domestik maupun mancanegara sebanyak 40.000 pengunjung melalui jalur udara, laut, dan darat.

“Perjalanan laut yang umumnya dilakukan dengan cruise selalu menjadi potensi pencemaran sampah di laut,” ujar Ida Bagus Agung.

Dalam upayanya mengembangkan destinasi wisata berkelanjutan, Bali Tourism Board juga menambahkan bahwa kebersihan menjadi faktor utama yang perlu diperhatikan, terutama dalam hal kelola sampah. Namun, mengatasi permasalahan sampah perlu dilihat secara menyeluruh atau holistik.

Namun faktanya, data dari beberapa sumber mengatakan saat ini 80% sampah laut di Indonesia berasal dari daratan dan 30% dikategorikan sebagai sampah plastik.

Kesadaran masyarakat untuk memilah dan mengelola sampah akan mendukung ekosistem tata kelola sampah sehingga sampah tidak berujung mencemari lingkungan. Selain itu, sampah yang dikelola dengan baik mampu menghasilkan nilai tambahan (added value) yang mampu mendorong ekonomi sirkular.

Founder Bali Waste Cycle Puu Ivan Yunatana, menambahkan, melalui Bali Waste Cycle, mengedukasi, melakukan pengangkutan, pengumpulan, sampai pada pengolahan.

“Sehingga sinergitas berbagai pihak perlu dilakukan. Sampah yang sudah dipilah dan dikelola dengan baik, akan memudahkan untuk proses selanjutnya, yaitu daur ulang guna menjaga Provinsi Bali yang benar-benar BALI, Bersih, Asri, Lestari, dan Indah,” tandasnya.

Director of Environment & Sustainability Affairs Responsible Care®️ Indonesia Hanggara Sukandar menyataka proses pemilahan sampah plastik akan mendukung proses daur ulang yang saat ini sudah dapat dilakukan dengan terus berkembangnya teknologi.

Lanjutnya, sudah banyak jenis plastik yang dapat didaur ulang, mulai dari PET, PS, PP, dan lain-lain.

“Namun, sosialisasi tentang kegiatan pengelolaan dan pemilahan jenis sampah plastik ini masih perlu dilakukan karena belum semua masyarakat memahami hal tersebut,” ucap Hanggara Sukandar.

Kegiatan sosialisasi sebagai cara dilakukan untuk menanggulangi permasalahan sampah yang berpengaruh terhadap kebersihan atau kesehatan di lokasi pariwisata dapat dilakukan siapa saja, salah satu yang juga dilakukan oleh organisasi lingkungan, Greeneration Foundation yang menyampaikan bahwa lokasi pariwisata juga perlu menjadi sorotan utama dalam menjaga lingkungan tetap bersih.

Head of Programs Greeneration Foundation M. Fahrian Yovantra,
menambahkan, sebagai salah satu organisasi yang berfokus pada lingkungan, telah banyak kegiatan lapangan yang dilakukan.

Program pembersihan pantai hasil dari sampah laut juga banyak yang kami jalankan, meskipun saat ini masih berfokus pada pulau Jawa.

“Kami melihat Bali sebagai destinasi pariwisata yang selalu menjadi sorotan bagi wisatawan lokal dan mancanegara, dan kami tergerak untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembersihan ini kedepannya,” imbuhnya.

Berbagai pihak mendukung untuk terlibat dalam menanggulangi permasalahan sampah. Salah satunya pihak media menjadi tempat penyampaian pesan kepada masyarakat luas untuk memberikan edukasi dan sosialisasi terkait pengelolaan sampah.

Kepala Jaringan Jurnalis Peduli Sampah Agustinus Apollo Daton, terus mendukung dari segi publikasi untuk menyampaikan solusi yang telah dihadirkan oleh industri dan para pegiat di lapangan.

“Pemerintah juga perlu bertindak tegas menerapkan reward and punishment terhadap regulasi-regulasi yang mengatur tentang kegiatan kelola sampah.” tutup Agustinus Apollo Daton.***

Berita Lainnya

Terkini