Deklarasi Bali Medical Tourism Association (BMTA) di Kantor BTB/ GIPI di Denpasar, Selasa (29/6/2021)/Ist |
Denpasar – Kelahiran Bali Medical Tourism Association (BMTA) diharapkan
bisa membangun optimisme baru bagi pariwisata di Pulau Bali melalui wisata
medis. Medical Tourism (MT) atau wisata medis merupakan salah satu bentuk
diversifikasi pariwisata.
Lahirnya BMTA dilatarbelakangi bahwa Bali telah memiliki beberapa rumah sakit
yang berstandar internasional, peralatan medis yang mendukung, tenaga medis
dan paramedis yang sangat kompeten, serta layanan unggulan yang memang dicari.
Di samping itu, banyak objek dan atraksi wisata yang bisa dinikmati oleh turis
medis selama atau setelah pengobatan.
Secara umum, MT diartikan sebagai perjalan seseorang dari satu daerah ke
daerah lain dalam satu negara, atau dari satu negara ke negara lain untuk
mencari pengobatan saat berlibur ataupun secara khusus datang untuk melakukan
pengobatan.
MT menjadi penting, karena memiliki potensi yang sangat besar dan medical
tourists di negara maju cenderung mencari pengobatan ke luar negaranya karena
waktu tunggu yang lama untuk tindakan tertentu dan mahalnya biaya tindakan di
negara asalnya.
Hal ini tentu membuka peluang bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia
dan Bali khususnya, yang memiliki kemampuan untuk melayani pasar ini.
Dengan bergabungnya BMTA, yang secara resmi menjadi bagian dari Bali Tourism
Board (BTB), diharapkan rumah sakit-rumah sakit di Bali dapat bersama-sama
mempromosikan Bali sebagai destinasi medical tourism.
“Sehingga optimisme pariwisata Indonesia melalui wisata medis, untuk program
Bali Bangkit dapat terwujud,” harap Ketua Bali Tourism Board Ida Bagus Agung
Partha Adnyana saat Deklarasi Bali Medical Tourism Association (BMTA) di
Kantor BTB atau GIPI di Renon, Denpasar, Selasa (29/6/2021).
Dalam kesempatan sama, Ketua BMTA dr. Gede Wiryana Patra Jaya mengungkapkan,
MT menjadi salah satu program yang telah direncanakan oleh pemerintah dan
telah diatur dalam Permenkes 76, tahun 2015.
“Bagi Bali yang merupakan destinasi wisata yang sudah terkenal dengan
pariwisata alam dan budaya,” imbuhnya. Sekteraris BMTA Dr. Ida Ayu Oka
Purnamawati, menambahkan, hal itu tidak saja untuk mencegah keluarnya devisa
karena banyak masyarakat Indoneisa berobat ke luar negeri.
“Tetapi justru akan mendatangkan devisa bagi negara dengan masuknya turis
medis baik domestik maupun internasional”, ungkap Purnamawati.
Pada bagian lain, Sekretaris BMTA I Putu Deddy Suhartawan, mengatakan,
dibentuknya asosiasi ini adalah untuk menaungi rumah sakit-rumah sakit yang
telah melayani pasien-pasien MT.
Asosiasi dibidani PERSI Provinsi Bali ini juga akan menjalin kerja sama di
bidang pengembangan teknologi kesehatan, pegembangan skill dan kompetensi
petugas medis.
“Sehingga Bali mampu menjadi destinasi MT bagi wisatawan domestik maupun
internasional”, ujarnya. Diketahui, anggota BMTA terdiri dari Rumah
sakit/klinik baik pemerintah maupun swasta yang telah melayani pasien-pasien
MT.
Saat ini anggotanya RSUP Sanglah, RSU Bali Mandara, RS Mata Bali Mandara,
RSPTN UNUD, RS Mangusada Badung, RS BIMC Nusa Dua, RSBIMC Kuta, RS Siloam
Kuta, Bali Royal Hospital (BROS), RS Prima Medika, RS Kasih Ibu Denpasar, RS
Kasih Ibu Saba RS Khusus Mata Ramata, RS Bhayangkara, Klinik Penta Medik,
Dental 911, ClinicAssist 221.
Dibentuk sejak 14 Feb 2020, BMTA diinisiasi RSUP Sanglah, Bali Royal Hospital
dan Dental 911.
Asosiasi ini kemudian bernaung di bawah Persatuan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia (PERSI) Wilayah Bali, dengan penambahan beberapa anggota.
Selanjutnya diresmikan dan bergabung menjadi anggota di Bali Tourism Board
(BTB) pada Selasa, 29 Juni 2021.
BMTA merupakan asosiasi yang bernaung di bawah PERSI Bali, telah mempunyai
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Surat Keputusan Keanggotaan
BMTA.
Saat ini, BMTA belum berafiliasi dengan asosiasi stapi sudah direncanakan
dalam program kerja BMTA jangka pendek, menengah dan panjang.
Adapun program jangka pendek BMTA yakni, membuat sejenis Call Centre 24 jam
untuk menerima dan memberi informasi kepada pasien-pasien MT, merujuknya ke
rumah sakit anggota BMTA sesuai dengan lapayan unggulan yang dimiliki.
Memetakan, melakukan assessment dan memberikan pembinaan kepada Rumah
sakit-rumah sakit anggota BMTA, agar memiliki standard yang sama dalam
melayani pasien MT.
Cara menjadi anggota BMTA, memiliki izin operasional resmi baik RS ataupun
Klinik, memenuhi persyaratan teknis dan operasional untuk melayani pasien2 MT,
seperti : RS atau klinik, terakreditasi nasional paripurna.
Punya layanan unggulan, Punya Team Layanan khusus MT (alarm centre 24 hrs,
Fasilitas penunjang MT (ruang tunggu dan pendaftaran khusus, ruang rawat inap,
dll).
Asuransi pelayanan kesehatan & dokter (malpractice insurance), Dokter,
paramedis, frontliners dan PIC MT mampu berbahasa asing (minimal Inggris) dan
berkomunikasi dengan baik secara verbal dan tertulis.
Susunan Pengurus BMTA
Pelindung :
dr. I Wayan Sutarga, MPHM, dr. I Wayan Sudana, M.Kes
Penasehat :
dr. I Gst Agung Ngurah Anom, MARS
Ketua :
dr. I Gede Wiryana Patra Jaya, MMR
Wakil Ketua :
dr. Made Indra Wijaya, MARS. PhD
Sekretaris :
Dr. Ida Ayu Oka Purnamawati, SS. MM
I Putu Deddy Suhartawan, B. Bus (Mktg&Mgt), CBM
Bendahara :
dr. Ni Putu Dian Sulistyawati, MM,
dr. I.A.M. Ratih Komala Dewi. MMR
Anggota :
- RSUP Sanglah
- RSU Bali Mandara
- RS Mata Bali Mandara
- RSPTN UNUD
- RS Mangusada Badung
- RS BIMC Nusa Dua
- RSBIMC Kuta
- RS Siloam Kuta
- RS Bali Royal (BROS)
- RS Prima Medika
- RS Kasih Ibu Denpasar
- RS Kasih Ibu Saba
- RS Khusus Mata Ramata
- RS Bhayangkara
- Klinik Penta Medika
- Dental 911 Clinic
- Assist 221
(rhm)