Sleman – Untuk membantu masyarakat Sleman memenuhi kebutuhan pokok selama Ramadan dan Idul Fitri, Pemkab Sleman menggelar pasar murah selama sebulan penuh di GOR Bimoseno Pandowoharjo, dimulai pada 6 Maret 2025.
Dengan dukungan dana dari Bank Indonesia, pasar murah ini menawarkan harga yang lebih terjangkau, seperti yang disampaikan oleh Sekda Sleman, Susmiarto, saat pembukaan acara.
Demi kemudahan akses masyarakat, Pemkab Sleman mengubah lokasi pasar murah. Jika tahun lalu di kecamatan, kini hadir di setiap kelurahan.
Sekda Susmiarto menjelaskan, 36 titik kelurahan dipilih agar warga tak perlu jauh-jauh dari rumah. Tiap kelurahan mendapat 150-200 paket sembako, dengan total 115 ton.
Paket berisi enam komoditas: beras medium 40,8 ton, beras premium 35 ton, minyak goreng 18.100 liter, gula pasir 10 ton, telur ayam 7,2 ton, dan daging ayam 2,9 ton.
Untuk meringankan beban masyarakat, Pemkab Sleman memberikan subsidi Rp 2.000 pada setiap produk di pasar murah.
Sekda Susmiarto mengingatkan, pasar murah ini hadir agar masyarakat bisa berbelanja dengan harga terjangkau, khususnya saat Ramadan dan Idul Fitri.
Ia juga mengajak masyarakat untuk berbelanja bijak, sesuai kebutuhan, agar tidak terjadi kelangkaan. Pedagang pun diimbau untuk tidak menimbun bahan pokok, yang bisa memicu kenaikan harga.
Demi menjaga ketersediaan dan stabilitas harga pangan, Pemkab Sleman terus berkoordinasi dengan berbagai pihak.
Sekda Susmiarto menegaskan, pencegahan penimbunan oleh Bulog dan pedagang menjadi prioritas. Pasar murah ini khusus diperuntukkan bagi warga Sleman, dengan opsi pembayaran tunai atau QRIS.
Sementara itu, Nufirma (45) salah seorang warga Temon, Pandowoharjo mengapresiasi adanya pasar murah ini.
“Menurut saya sangat membantu kebutuhan ekonomi saya. Sekarang bahan pokok semuanya mahal-mahal. Saya sangat senang dengan adanya pasar murah ini. Saya tahu pasar ini dari grup padukuhan,” ucapnya.
Nufirma mengaku membeli tiga jenis bahan pokok dengan total hanya merogok kocek Rp 62.000.
“Ini tadi saya ambil tiga macam (gula, minyak, terigu) habis sekitar Rp 62.000. Kalau normal bisa habisin uang lebih banyak. Disini harganya sangat dibawah pasar, sangat murah. Selisihnya cuma Rp 2.000 – Rp 3.000. Pokoknya terbantu,” katanya.
Keberadaan pasar murah sangat dirasakan manfaatnya oleh warga seperti Yulika Fitri (43). Ia memanfaatkan kesempatan ini untuk membeli berbagai jenis cabai, termasuk cabai rawit, dengan harga yang jauh lebih terjangkau.
‘Yang cabai ini seperempat Rp 7.000, ini seperempat Rp 15.000,’ ujarnya.
Yulika mengungkapkan, selisih harga di pasar murah sangat membantu meringankan beban pengeluaran, terutama karena harga cabai di pasaran telah melonjak tajam dalam beberapa hari terakhir. ‘Perbedaanya sekitar Rp 30.000 per kilonya.
“Sudah sekitar lima hari yang lalu (naiknya). Sebelum naik ya Rp 50.000 – Rp.60.000. Kemarin saya beli sudah Rp 90.000,” jelasnya. **