Suasana pertemuan sopir Trans Serasi dengan jajaran Dishub Tabanan |
TABANAN – Menindaklanjuti pengaduan tiga siswa SMP Negeri 1 terkait layanan mengecawakan angkutan Trans Serasi, Kamis (10/8/2017), Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Tabanan mengumpulkan seluruh pramudi atau sopir Trans Serasi, Jum’at (11/8/2017).
Pertemuan tersebut dipimpin langsung oleh Sekretaris Dishub Tabanan, I Made Jaman dan dihadiri juga oleh perwakilan dari Perum DAMRI, I Wayan Putu, serta Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), I Gusti Bagus Satriyadi.
Hal pertama yang dibahas dalam pertemuan itu menyangkut kondisi sesungguhnya yang terjadi hingga akhirnya muncul pengaduan langsung dari siswa yang menduga ada tindakan diskriminatif dari sopir Trans Serasi terhadap siswa.
Selain mengurai akar persoalan yang sesungguhnya terjadi, pertemuan itu juga dilakukan sebagai “ajang curhat” para sopir Trans Serasi selama menjalani tugas-tugasnya di lapangan.
Dalam pertemuan itu, terungkap juga banyaknya kendala yang dihadapi para sopir Trans Serasi.
Mulai dari ketidakseimbangan antara jumlah siswa yang harus diangkut dengan jumlah armada yang tersedia, perubahan jadwal masuk sekolah, sampai dengan kondisi jumlah siswa antara jam masuk dan pulang sekolah.
“Dari pertemuan tadi, kami menangkap ada semacam kesalahpahaman atau mis komunikasi antara sopir dengan tiga orang siswa SMP yang kemarin akan mengadu ke bupati itu,” jelas Made Jaman, usai pertemuan.
Menurutnya, kondisi seperti itu sebetulnya sempat juga terjadi sebelumnya. Namun, bukan berarti hal tersebut dilakukan karena sopir Trans Serasi bertindak diskriminatif.
“Selama ini juru mudi (sopir) memang memprioritaskan siswa-siswa yang terjauh lebih dulu. Mereka memang diminta turun bukan berarti tidak mau diangkut, tapi diminta menunggu,” ungkapnya.
Disebutkan, kondisi tersebut juga dipengaruhi dari membludaknya jumlah siswa SMP yang diangkut armada Trans Serasi. Khususnya di SMP Negeri 1 yang pada tahun ajaran ini memberlakukan masuk pagi untuk seluruh kelas.
“Sebetulnya, kondisi ini sudah kami antisipasi dengan memberlakukan dua round trip. Jadi begitu selesai antar siswa sampai tujuan terakhir, juru mudi akan kembali ke SMPN 1 untuk mengangkut siswa. Kalau masih ada siswa yang tinggalnya terjauh itu tetap diprioritaskan lebih dulu,” jelasnya.
Kondisi jumlah siswa yang tidak imbang dengan jumlah armada itu juga ditambah dengan gencarnya razia lalu lintas terhadap siswa SMP yang selama ini nekat masuk sekolah dengan mengendarai sepeda motor.
Sejak gencar dilakukan razia, jumlah siswa yang memanfaatkan Trans Serasi mengalami lonjakan drastis.
“Belum lagi situasi jumlah penumpang antara jam masuk sekolah dengan jam pulang sekolah berbeda drastis. Karena rata-rata di pagi hari atau saat siswa masuk sekolah, mereka di antara orang tua atau kakak-kakaknya. Sementara saat pulang sekolah, mereka baru memanfaatkan Trans Serasi,” paparnya lagi.
Menurutnya, para sopir sudah berusaha maksimal memberikan layanan kepada para siswa. Bahkan, tidak sedikit juga yang harus membatasi jumlah siswa yang diangkut dengan pertimbangan faktor keselamatan.
“Tadi juga mereka curhat, sampai ada yang harus menolak karena memang sudah penuh. Kalau dipaksakan, siswanya duduk di pintu, itu beresiko juga. Bisa jadi si sopir yang akan ditindak pihak Kepolisian. Apalagi sempat juga terjadi kecelakaan yang dialami siswa karena duduk di pintu mobil,” ungkapnya.
Meski demikian, Jaman menegaskan bahwa pihaknya sangat berterima kasih terhadap pengaduan tersebut. Menurutnya, dengan adanya pengaduan tersebut, siswa ataupun orang tua ikut mengawasi pelayanan Trans Serasi.
“Hal ini juga akan menjadi bahan evaluasi kami agar Trans Serasi ke depannya bisa lebih baik lagi dalam memberikan pelayanan,” tandasnya. (gus)