IMF Beri Peringatan: Saatnya Indonesia Berbenah dan Perkuat Fondasi Ekonomi

Ekonom Universitas Andalas (Unand), Syafrudin Karimi, mengidentifikasi kebijakan proteksionis yang diterapkan oleh negara-negara besar, terutama Amerika Serikat, serta ketegangan geopolitik global yang berkelanjutan menjadi pemicu utama penurunan proyeksi ekonomi global

24 April 2025, 07:56 WIB

Jakarta – International Monetary Fund (IMF) merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2025 menjadi hanya 2,8%, sebuah perubahan signifikan dari proyeksi sebelumnya di Januari 2025 sebesar 3,6%. Revisi ini membawa implikasi substansial bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam jangka pendek yang diperkirakan akan memengaruhi kinerja ekspor dan konsumsi domestik.

Ekonom Universitas Andalas (Unand), Syafrudin Karimi, mengidentifikasi kebijakan proteksionis yang diterapkan oleh negara-negara besar, terutama Amerika Serikat, serta ketegangan geopolitik global yang berkelanjutan menjadi pemicu utama penurunan proyeksi ekonomi global ini.

Kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan AS terhadap mitra dagangnya, termasuk kekuatan ekonomi seperti Tiongkok dan Eropa, menciptakan ketidakstabilan pasar global. Sebagai negara yang memiliki keterkaitan erat dengan perdagangan internasional, Indonesia merasakan dampak langsung dari kebijakan ini.

Lebih lanjut, Syafrudin Karimi dilansir dari Beritasatu.com, menggarisbawahi beberapa tantangan spesifik yang dihadapi Indonesia akibat penurunan proyeksi ekonomi global:

Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Mitra Dagang Utama: Penurunan pertumbuhan ekonomi di negara-negara mitra dagang utama Indonesia, seperti Tiongkok dan negara-negara Eropa, secara langsung mengurangi permintaan terhadap ekspor barang dan jasa Indonesia.

Volatilitas Harga Komoditas: Ketergantungan Indonesia pada ekspor komoditas, terutama sektor energi dan bahan mentah, menjadikannya rentan terhadap fluktuasi harga komoditas global yang diperkirakan akan semakin intens.

Potensi Pelemahan Daya Beli Domestik: Kebijakan proteksionis dan ketidakpastian pasar global berpotensi menekan daya beli masyarakat domestik, yang pada gilirannya dapat memperlambat pertumbuhan konsumsi dalam negeri.

Menyikapi situasi ini, Syafrudin Karimi menekankan urgensi bagi Indonesia untuk merespons dengan strategi yang adaptif guna menjaga ketahanan ekonomi. Beberapa langkah strategis yang diusulkan meliputi:

Diversifikasi Ekonomi: Mengurangi ketergantungan pada sektor komoditas melalui pengembangan sektor-sektor lain yang memiliki nilai tambah lebih tinggi, seperti industri manufaktur dan ekonomi digital.

Reformasi Kebijakan Perdagangan: Menyusun ulang strategi perdagangan yang lebih fleksibel dan mampu beradaptasi terhadap dinamika proteksionisme serta ketegangan geopolitik global.

Peningkatan Investasi Dalam Negeri: Memperkuat fondasi ekonomi domestik melalui kebijakan yang mendukung daya beli masyarakat dan mendorong investasi di sektor-sektor strategis.

Syafrudin Karimi juga menyoroti bahwa penurunan proyeksi ekonomi global ini menjadi indikator penting bagi Indonesia untuk segera menyesuaikan arah kebijakan ekonomi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Proyeksi IMF yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 di bawah 5% menggarisbawahi besarnya tantangan yang dihadapi di tengah pelemahan ekonomi global.

“Sinyal dari IMF ini tidak boleh diabaikan. Indonesia perlu segera melakukan penyeimbangan kebijakan untuk memperkokoh ekonomi domestik, serta merancang ulang strategi perdagangan dan investasi luar negeri,” tegasnya.

Secara keseluruhan, penurunan proyeksi ekonomi global 2025 oleh IMF menjadi penanda adanya tantangan signifikan bagi perekonomian Indonesia, terutama terkait dengan kinerja ekspor dan konsumsi domestik.

Namun, dengan respons kebijakan yang tepat dan implementasi langkah-langkah adaptif yang cepat, Indonesia memiliki peluang untuk mempertahankan resiliensi ekonomi dan memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan di tengah gejolak ekonomi global pasca-revisi proyeksi IMF. ***

Berita Lainnya

Terkini