KKP Dorong Riset Olahan Rumput Laut Nirlimbah Demi Keberlanjutan dan Kelestarian Lingkungan

24 Juli 2021, 18:27 WIB

Ilustrasi rumput laut/Dok. KKP

Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), melalui Badan Riset
dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), telah melakukan riset
pengolahan rumput laut tanpa limbah agar keberkelanjutan dan kelestarian
lingkungan tetap terjaga.

Indonesia merupakan salah satu negara eksportir rumput laut terbesar dunia.
Komoditas tersebut menjadi salah satu andalan utamanya. Namun demikian, perlu
dikembangkan pengolahan rumput laut untuk menghasilkan nilai tambah.

Pada 2018 Indonesia menjadi pengekspor rumput laut tertinggi dunia sebesar
192,28 ton, yang didominasi jenis Eucheuma cottonii. Indonesia masuk dalam
jajaran produsen utama rumput laut dunia, menguasai lebih dari 80 persen
supply share, utamanya untuk tujuan ekspor ke Tiongkok.

Pada 2019 jumlahnya meningkat lagi menjadi 209,24 ribu ton. Produksi rumput
laut di Indonesia bertambah setiap tahunnya.

“Luar biasa sekali! Tapi nanti kita pasti akan ditanya bagaimana dengan added
value nya? Ya ini yang harus kita pikirkan dan kita kembangkan supaya
pemanfaatannya semaksimal mungkin bisa dinikmati rakyat Indonesia,” ungkap
Kepala BRSDM Sjarief Widjaja pada Live Webinar Pengolahan Produk bertema
Industri Rumput Laut Nir Limbah, diselenggarakan Balai Besar Riset Pengolahan
Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (BBRP2BKP) BRSDM Kamis 22 Juli
lalu.

Ini semua menjadi tantangan bagi kita, para peneliti, para saintis, agar
bagaimana semua jenis rumput laut yang tumbuh di Indonesia.

“Ini mampu diarahkan untuk menjadi produk-produk yang memberi kemanfaatan
untuk kita semua,” ujar Sjarief. Rumput laut ada yang diolah menjadi produk
kosmetik, farmasi, makanan, bumbu, agar-agar, puding, jelly, dan pangan
fungsional lainnya.

Kata Sjarief, upaya pengolahan menurut Sjarief, harus dipikirkan agar bisa
menghasilkan produk yang memberi kemanfaatan tinggi dan tidak menghasilkan
limbah yang akhirnya dapat menjadi masalah baru bagi industri dan lingkungan
sekitarnya.

Limbah pengolahan rumput laut Gracilaria dan Cottonii dalam negeri
menghasilkan limbah cair sebanyak 8.174.150 m3 dan limbah padat 62.506 ton per
tahun.

Tentunya, limbah ini harus dimanfaatkan, sehingga sejalan dengan blue economy
yang dikembangkan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono.

Arah pembangunan sektor kelautan dan perikanan. Potensi pemanfaatan limbah
cair antara lain daur ulang dan pupuk cair, sedangkan limbah padat dapat
menjadi bahan baku keramik, particle board, pupuk, bata ringan, dan
sebagainya.

Untuk itu BBRP2BKP telah melakukan riset terkait pengolahan rumput laut tanpa
limbah dan menjalin sejumlah kerja sama. Salah satu kerja sama dilakukan
dengan satu sebuah perusahaan di Pandaan, Jawa timur, untuk mengembangkan
instalasi pengolahan limbah cair dan padat.

“Kita bisa mengurangi ekspor rumput laut bahan mentah, kita bisa langsung
mendorong terjadinya proses pengolahan rumput laut ini di Indonesia,”
tuturnya.

Dengan demikian memberikan nilai tambah sekaligus bisa menghasilkan produk
samping berupa pengolahan limbah padat dan cair dari industri tersebut yang
masih bisa dimanfaatkan.

Kepala BBRP2BKP, Hedi Indra Januar mengatakan, pemanfaatan rumput laut saat
ini sudah sangat berkembang.

Beberapa pemanfaatan rumput laut hasil riset BBRP2BKP di antaranya rumput laut
merah jenis Eucheuma cottonii untuk produk pangan seperti olahan refined
karaginan untuk produk pangan seperti jelly, pudding, permen jelly; ATC untuk
gel pengharum ruangan; agar untuk jelly dan bakto agar untuk media
mikrobiologi.

Rumput laut coklat untuk pangan seperti alginat untuk minuman dan bahan
prebiotik; pada produk nonpangan: alginat sebagai bahan pengental untuk batik,
dan untuk farmasi seperti fukoidan sebagai obat herbal terstandar (OHT) untuk
anti tukak lambung dan imunomodulator.

Rumput laut tidak hanya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan tetapi juga
dapat dimanfaatkan sebagai biostimulan tanaman. Limbah proses ekstraksi rumput
laut masih dapat digunakan sebagai bahan baku biostimulan.

Kandungan makro, mikro nutrien dan zat pemacu tumbuh seperti auksin, sitokinin
dan giberelin maka rumput laut dapat digunakan sebagai biostimulan untuk
meningkatkan produksi tanaman.

Kelebihan rumput laut dan limbahnya sebagai biostimulan adalah ramah
lingkungan dan dapat menumbuh kembangkan mikroorganisme penyubur tanah.
(rhm)

Artikel Lainnya

Terkini