Kabarnusa.com – Nahdhatul Ulama (NU) yang tengah menggelar Muktamar di Jombang Jawa Timur itu diharapkan dapat mempertegas keberadaan organisasi sosial keagamaan ini kembali ke khittah perjuangan 1926.
Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Komunikasi Politik DPP Hanura Oktasari Sabil mengatakan hal itu, menjelang muktamar di tempat di mana awal mula organisasi ini didirikan yakni di Jombang.
NU sudah saatnya untuk kembali mempertegas dirinya kembali ke khittah perjuangan 1926 awal organisasi ini di dirikan yaitu sebagai jamiiyah yang bergerak dibidang sosial dan kemasyarakatan.
Menurut Oktasari, NU yang selama ini diidentikkan kaum santri, kiai, ponpes dan organisasi bercorak tradisonal harus berani bertransformasi menjadi organisasi bercirikan pembaharu.
“Juga NU harus memiliki manajerial berbasis modern dengan tidak meninggalkan kekhasannya ujar oktasari dalam siaran persnya diterima Kabarnusa.com Sabtu (1/8/2015)
Kata dia, NU harus konsisten dengan khittahnya yang telah di pertegas pada muktamar 1984 di Situbondo untuk tidak terlibat dalam politik praktis yang berorientasi kekuasaan.
Politik NU, adalah politik kebangsaan, politik kenegaraan dalam bingkai kebhinekaan dan NKRI tutur Okta yang juga pengurus pusat Fatayat NU ini.
Okta menilai, jumlah jamaahnya yang besar, NU akan selalu di tarik dan coba dimanfaatkan oleh berbagai kelompok kepentingan terutama partai politik untuk kebutuhan elektoralnya.
Namun, posisi NU harus bisa menjaga jarak yang sama dengan semua parpol. Tidak seperti
pengurus PBNU periode sekarang yang lebih menganak emaskan partai politik tertentu.
“Jamaah NU kan tidak hanya di PKB saja tapi banyak juga di parpol lainnya seperti di Hanura juga banyak kiai dan santri NU nya” tegas Okta yang ketua umum DPP Gerakan Muda Nurani Rakyat (Gemura)
Ormas keagamaan terbesar di Tanah Air ini, harus bisa mengayomi semua warganya apapun organisasi politiknya, dengan demikian nilai-nilai ideologi aswaja dan islam rahmatan lil alamin nya bisa mewarnai semua segi kehidupan berbangsa. (ali)