Tabanan – Tradisi pembuatan Ogoh-Ogoh menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Hari Raya Nyepi di Bali, momen sakral bagi umat Hindu. Tahun ini, Nuanu Creative City melalui Nuanu Social Fund, turut serta melestarikan tradisi ini dengan berkolaborasi bersama Karang Taruna GAPERA di 13 Banjar Desa Beraban.
Langkah ini diambil untuk merayakan, menghormati, dan mempererat hubungan dengan masyarakat lokal dalam semangat gotong royong atau ngayah.
Dari awal Februari hingga akhir Maret 2025, Nuanu dengan dukungan Karang Taruna GAPERA menyumbangkan Rp. 61.050.000 untuk membantu pembuatan Ogoh-Ogoh, mulai dari bahan-bahan sampai dokumentasi dan konsumsi.
Hasilnya? Parade Pengerupukan Ogoh-Ogoh yang spektakuler pada 28 Maret 2025 di Lapangan Umum Desa Beraban! Di sana, Ogoh-Ogoh yang penuh makna spiritual dan filosofis akan dipamerkan. Ogoh-Ogoh, lambang Bhuta Kala, adalah bagian penting dari Nyepi untuk menjaga keseimbangan alam. Nuanu, lewat Nuanu Social Fund, bersama Karang Taruna GAPERA, mengajak komunitasnya untuk bergotong royong membuat Ogoh-Ogoh bareng warga Desa Beraban.
Melalui sesi ngayah yang diadakan secara rutin, satu hingga dua kali seminggu di berbagai Banjar, peserta dapat merasakan pengalaman budaya Bali secara langsung. “Pengaruh budaya Bali sangat kuat, bahkan melampaui batas pulau,” jelas Ida Ayu Astari Prada, Brand & Communications Director, Nuanu dalam keterangan tertulis 25 Maret 2025.
Melalui ngayah, pihaknya ingin membangun pemahaman dan rasa memiliki yang lebih dalam terhadap warisan budaya ini.
Tiap Banjar di Desa Beraban punya Ogoh-Ogoh dengan tema keren dan unik, menggambarkan kehidupan dan filosofi Hindu. Salah satu yang paling menarik tahun ini adalah Sakshi Lila Maya dari Banjar Batugaing Kaja.
Ogoh-Ogoh ini menampilkan Dewi yang menyaksikan perubahan zaman, siklus kehancuran dan kebangkitan dunia. Tema ini mengingatkan kita tentang ilusi dunia (maya) dan pentingnya kembali ke spiritualitas.
“Lewat Sakshi Lila Maya, kami ingin menunjukkan bahwa hidup terus berubah di luar kendali kita. Ogoh-ogoh ini mengajak kita untuk tidak terlarut dalam ilusi dunia dan kembali ke nilai-nilai spiritual,” kata I Made Deny Arsana Putra, sang arsitek dan seniman di balik Sakshi Lila Maya dari Nuanu Art Village.
Kegiatan ini memberikan kesempatan unik bagi peserta untuk memahami filosofi budaya Bali dan memperkuat ikatan antara masyarakat lokal dan komunitas global, menegaskan peran Nuanu sebagai bagian integral dari Bali secara fisik, budaya, dan spiritual.
Karya I Wayan Wira Adiputra dan kreasi Ogoh-Ogoh Catur Datu dari Banjar Beraban, Desa Beraban menjadi simbol seni sebagai wahana refleksi dan harmoni budaya.
Partisipasi aktif Nuanu dalam tradisi Nyepi mengundang komunitas global untuk mendukung pelestarian budaya Bali, sekaligus memahami filosofi mendalam yang terkandung dalam ritual tersebut.
Ogoh-Ogoh, melampaui sekadar ekspresi artistik, merupakan cerminan kondisi dunia, pengingat akan pentingnya menjaga keseimbangan, dan jembatan yang menghubungkan masyarakat dari berbagai latar belakang untuk saling belajar dan menghargai perbedaan.
Kolaborasi ini membuktikan bahwa keragaman budaya bukanlah penghalang, melainkan kesempatan untuk membangun harmoni dan kebersamaan. Dengan semangat gotong royong, tradisi ini dapat terus berkembang, menyampaikan pesan yang lebih luas kepada generasi mendatang.
Ogoh-Ogoh Catur Datu, sebuah karya yang dihasilkan oleh Banjar Beraban, secara simbolis merepresentasikan empat elemen esensial kehidupan: Api, Air, Tanah, dan Udara.
Karya seni ini berfungsi sebagai pengingat akan urgensi menjaga keseimbangan alam, terutama dalam menghadapi tantangan lingkungan yang semakin nyata di era modern.
“Kami berupaya untuk menyoroti pentingnya keseimbangan antara manusia dan alam. Mengingat meningkatnya tantangan lingkungan, pemahaman akan harmoni dengan alam menjadi kunci keberlanjutan,” ungkap I Wayan Wira Adiputra, Arsitek Utama Catur Datu dan seniman dari Nuanu Art Village. ***