Pemerintah dan HKTI Ingin Wujudkan Pertanian Bali Sejajar Industri Pariwisata

29 Oktober 2019, 06:01 WIB

IMG 20191029 065933

Denpasar – Pemerintah beserta Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Bali memiliki tantangan besar bagaimana mewujudkan agar sektor pertanian bisa sejajar dengan pariwisata.

Dalam era teknologi kali ini memang pertanian tidak lagi menjadi lapangan pekerjaan primadona, apalagi khusus di Bali agrikultur berbentur dengan industri pariwisata yang memang digandrungi oleh sebagian besar masyarakat Bali.

“Disinilah menjadi tantangan terbesar pemerintah beserta Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Bali agar bisa sejajar dengan pariwisata,” ujar Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace).

Cok Ace menyampaikan hal itu saat menerima HKTI Provinsi Bali yang diketuai oleh Prof. Dr. Nyoman Suparta di ruang kerjanya, Kantor Gubernur Bali, Denpasar, Senin (28/10/2019).

“Sebenarnya di Bali ini pasar ada, permintaan untuk bahan pertanian cukup besarm tinggal bagaimana kita menyambut permintaan tersebut,” ujarnya.

Misalnya, di industri pariwisata permintaan akan produk pertanian cukup besar, apalagi sejak pemerintah sudah mengeluarkan Pergub 99 tahun 2018 tentang Pemasaran Produk Pertanian, Perikanan dan Industri Lokal Bali, di sinilah petani bisa menyambut baik dengan menyuplai berbagai macam produk pertanian.

Dia melanjutkan jika hasil pertanian Bali tidak kalah dengan hasil import, apalagi industri makanan Bali. “Anggap saja industri anggur kita yang tidak kalah bagusnya dengan produk import. Harusnya petani anggur bisa ambil bagian dengan menyupali anggur segar,” imbuhnya.

Selain itu menjadi tugas pemerintah juga untuk mensejajarkan produk-produk kearifan lokal Bali. “Misalnya, kenapa harga sake dan arak Bali di restoran bintang lima bisa beda? Harusnya kita bisa mensejajarkan hal itu,” imbuhnya.

Ia menambahkan, peranan anak muda di bidang pertanian sangat diperlukan.

“Sentuhan milenial bisa menambah nilai jual pertanian kita. Anggap saja produk-produk pertanian kita diberi packaging yang menarik, itu bisa menambah nilai jual untu wisatawan dan hotel juga,” bebernya.

Wagub Cok Ace menekankan ingin mengubah paradigma petani yang kumuh dan lusuh menjadi pertanian modern. Jika hal itu bisa diterapka, ia yakin bahwa permasalahan alih fungsi lahan yang marak di Bali bisa dikurangi.

“Tiap tahun sekitar 1.000 ha lahan pertanian kita beralih fungsi. Jika sistem pertanian modern bisa diintensifkan, saya yakin hal tersebut bisa diatasi,” jelasnya.

Hal lain yang ditekankan dalam kesempatan tersebut adalah mengangkat pertanian untuk mendapat pengakuan Warisan Budaya Dunia (WBD) oleh UNESCO, utnuk itu ia berharap HKTI bisa menggelar FGD dalam waktu dekat.

Ketua HKTI Nyoman Suparta menyatakan memang pertanian di Bali mengalami degradasi dari tahun ke tahun. Meskipun ini merupakan tantangan yang susah, asya ingin tetap berupaya keras hingga akhir periode kepemimpinan saya,” ujarnya.

Pihaknya tengah menyiapkan SDM petani agar siap memenuhi permintaan industri pariwisata di bidang produk lokal. Soal usulan WBD ke UNSECO ia menyampaikan pihaknya tengah mengupayakan, apalagi sejak ditetapkannya Jatiluwih sebagai Warisan Budaya Dunia.

“Menurut kami tidak hanya Jatiluwih saja, namun situs lain juga harus siikutkan karena hal itu merupakan satu kesatuan, yaitu Danau Batur, Pura Taman Ayun dan Tukad Pakerisan,” sambungnya.

Keempat situs tersebut yang membentuk pertanian Bali seperti sekarang,” bebernya. Ia sependapat dengan Wagub Bali untuk segera membuat FGD dalam watu dekat dmei menyosialisasikan program-program kerja HKTI sealigus menyiapkan situs-situs Bali menjadi Warisan Budaya Dunia. (rhm)

Artikel Lainnya

Terkini