Perekonomian Bali Diprediksi Tumbuh Positif, BI Ungkap Perbaikan Tingkat Kepercayaan Pelaku Usaha

27 April 2021, 10:34 WIB

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho
menyampaikan paparan saat acara Obrolan Santai BI Bareng Media, di
Denpasar, Senin 26 April 2021/Kabarnusa.

Denpasar – Perekonomian Bali pada tahun 2021 diperkirakan tumbuh
positif seiring dimulainya distribusi vaksin covid-19 yang berdampak pada
perbaikan level of confidence atau tingkat kpercayaan pelaku usaha dan
perbaikan mobilitas domestik.

“Di samping itu rencana peningkatan investasi swasta dan pemerintah juga turut
mendorong pertumbuhan di tahun 2021,” tutur Kepala Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Bali, Trisno Nugroho menyampaikan itu saat acara Obrolan Santai BI
Bareng Media, di Denpasar, Senin 26 April 2021.

Pada Triwulan 1, ekonomi Bali diperkirakan tumbuh dalam kisaran -6,1% s.d
-5,1%. Pertumbuhan positif diperkirakan akan dimulai pada triwulan II 2021
sehingga secara keseluruhan tahun 2021 perekonomian diperkirakan tumbuh
positif dalam kisaran 2,5% s.d 3,5%.

“Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) minggu ketiga April 2021, perubahan
harga di Bali sebesar 0,25%,” ungkap Trisno didampingi Deputi Kepala
Perwakilan BI Bali Rizki Ernadi Wimanda.

Dengan demikian perkiraan inflasi April 2021 sebesar 0,13% s.d. 0,33%.
Perubahan harga lebih didominasi meningkatnya harga daging ayam ras dan canang
sari, karena meningkatnya permintaan pada hari raya keagamaan.

Harga cabai rawit yang meningkat di awal tahun, sudah mencapai puncaknya dan
mulai mengalami penurunan harga secara perlahan-lahan. Terkendalinya inflasi
ditopang oleh pasokan barang khususnya bumbu dapur dan beras yang lancar dan
mencukupi untuk Provinsi Bali.

Inflasi tahun 2021 diprakirakan meningkat dibandingkan tahun 2020, namun masih
dalam rentang 3%±1%.

Lima faktor utama yang menjadi pendorong meningkatnya inflasi tahun 2021 yakni
meningkatnya aktivitas pariwisata pasca Covid-19, peningkatan daya beli
masyarakat, normalisasi harga tiket angkutan udara dan pemberlakuan kembali
airport tax, adanya peningkatan cukai rokok, dan (peningkatan biaya sekolah
yang ditiadakan pada tahun 2020.

Trisno merekomendasikan enam langkah strategis. Pertama, akselerasi penanganan
covid-19 dan pelaksanaan vaksinasi.

Kedua, akselerasi realisasi belanja pemerintah dan perluasan penerima hibah
pariwisata. Ketiga, akselerasi reaktivasi wisman melalui mekanisme travel
bubble.

Keempat, reorientasi ke pasar wisnus. Kelima, akselerasi hilirisasi pertanian
dan industri. Keenam, akselerasi realisasi invetasi melalui pembentukan
investment centre dan creative financing.

“Terakhir, peningkatan produktivitas pertanian melalui digitalisasi
pertanian,” imbuh Trisno. (rhm).

Artikel Lainnya

Terkini