Yogyakarta – Wakil Menteri Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi (Wamen Dikti Saintek) Fauzan, menekankan bahwa di era kecerdasan buatan (AI) audit di lingkungan perguruan tinggi tidak sekadar persoalan administratif, melainkan cerminan tanggung jawab integritas moral terhadap publik.
Di era digital yang kian pesat, kecerdasan buatan (AI) muncul sebagai kekuatan transformatif yang menjanjikan efisiensi dan akurasi di berbagai bidang pekerjaan, tak terkecuali dalam ranah audit.
Kemampuan AI dalam menganalisis data dalam volume besar serta mendeteksi pola-pola kompleks membuka peluang signifikan bagi auditor untuk memproses laporan keuangan secara lebih mendalam dan efektif. Mengingat kompleksitas sistem keuangan dan bisnis yang terus meningkat, adopsi teknologi AI menjadi krusial dalam menjaga keakuratan dan integritas pelaporan keuangan.
Hal ini menandai evolusi penting dalam praktik akuntansi audit, yang mencakup serangkaian tahapan mulai dari analisis data hingga penyusunan laporan audit yang informatif dan solutif.
Menyadari potensi revolusioner AI dalam dunia audit, sebanyak 21 Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH) berkumpul di Auditorium Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pada Kamis, 8 Mei 2025.
Pertemuan ini menjadi wadah diskusi strategis mengenai pemanfaatan teknologi AI untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi proses audit. Ketua Forum Komunikasi Kepala Audit (FKKA) PTNBH, Prof. Iwan Triyuwono, menekankan bahwa di era AI ini, teknologi tersebut dapat diberdayakan sebagai alat bantu yang canggih dalam pelaksanaan audit.
Iwan Triyuwoni menyampaikan harapan agar PTN-BH tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga berperan aktif sebagai inovator dalam mengembangkan solusi audit berbasis AI yang lebih mutakhir.
Namun, Prof. Iwan Triyuwono mengingatkan secanggih apapun teknologi AI, fondasi moralitas tetap menjadi prasyarat utama.
“Moralitas adalah akar dari ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga setiap aplikasi AI harus berlandaskan pada prinsip-prinsip etika yang kuat,” tegasnya.
Senada dengan hal tersebut, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi (Wamen Dikti Saintek) Fauzan, yang turut hadir dalam pertemuan tersebut, menekankan bahwa audit di lingkungan perguruan tinggi tidak sekadar persoalan administratif, melainkan cerminan tanggung jawab integritas moral terhadap publik.
Fauzan juga menyoroti pentingnya kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk memperkuat etika moral dalam praktik audit.
Lebih lanjut, Wamen Fauzan menjelaskan pemanfaatan AI oleh FKKA PTN-BH dengan menjunjung tinggi integritas moral bukan hanya sekadar implementasi teknologi, tetapi juga perwujudan tanggung jawab etis.
Ia meyakini bahwa efektivitas AI sangat bergantung pada integritas penggunanya, sehingga pemanfaatannya yang bertanggung jawab akan berkontribusi positif terhadap peradaban.
Menanggapi kekhawatiran mengenai potensi disrupsi profesi auditor akibat AI, Wamen Fauzan menyatakan bahwa AI justru akan mendorong auditor untuk beradaptasi dan fokus pada aspek-aspek yang membutuhkan penilaian dan pertimbangan manusia, terutama yang berkaitan dengan moralitas.
Pihaknya berharap bahwa praktik audit di lingkungan pendidikan tinggi dapat menjadi contoh bagi model audit lainnya yang mengedepankan integritas dan akuntabilitas.
Pertemuan ini menjadi tonggak penting dalam menjajaki potensi transformatif AI dalam audit, sembari menegaskan bahwa kemajuan teknologi harus berjalan beriringan dengan komitmen yang kuat terhadap etika dan moralitas. Sinergi antara kecerdasan buatan dan integritas manusia diharapkan dapat menghasilkan praktik audit yang lebih efektif, akuntabel, dan berkontribusi pada tata kelola yang lebih baik. ***