Sleman – Pemindahan Makam Kiai Kromo Ijoyo di Pedukuhan Ketingan, Kalurahan Tirtoadi, Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman yang terdampak proyek Tol Yogya-Solo berjalan lancar melalui prosesi yang sarat tradisi.
Diantara makam yang terdampak tol Yogya-Solo yakni Makam Kiai Kromo Ijoyo di Pedukuhan Ketingan, Kalurahan Tirtoadi, Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman, sejak pagi tadi mulai pukul 07.00 – 09.00 WIB telah selesai dilakukan pembongkaran sekaligus pemindahan makam.
Lurah Tirtoadi Mardiharto memberi alasan pemindahan makam sarat sejarah itu yang oleh warga kerap disebut makam keramat dilakukan Kamis 16 Januari 2025
Setelah ada ‘dawuh’ dari Keraton Yogyakarta usai dilakukannya rangkaian upacara adat yang dipimpin langsung GKR Mangkubumi pada Rabu 15 Januari 2025.
Sebagai warga Ketingan termasuk juga mewakili ahli waris, tentunya, karena makam ini adalah leluhur ya tetap dimuliakan dengan prosesi dan makam yang lebih baik.
“Jadi pada hari ini sudah selesai prosesi pemindahan jasad beliau,” katanya kepada wartawan saat ditemui dilokasi.
Pembongkaran makam keramat ini dilakukan oleh sejumlah orang yang menggunakan kaos hitam bertuliskan Al Iswat (Al Fatihah-Istighfar-Sholawat).
Salah satu orang yang menggunakan kaos hitam tersebut adalah Dwi Joko Yudho, 53, sebagai Ketua Al Iswat.
Selama pembongkaran makam itu yang juga kerap disebut makam mbah celeng, kata Joko prosesi pemindahannya tidak ada kendala meski hanya berbekal alat manual.
“Alhamdulillah lancar, kita mulai tadi pagi termasuk bongkar bangunannya. Pembongkarannya pakai alat manual (pakai cangkul),” kata Joko.
Joko menyebut, di wilayah ini ia bersama timnya memindahkan dua jasad.
“Yang dimakam romo wijoyo itu ada dua, yang satu mbah kiai kromo ijoyo, yang satunya belum tahu siapa,” ucap Joko.
Pada saat melakukan pembongkaran, disebutkan Joko, timnya menemukan sejumlah tulang belulang yang masih utuh.
“Tadi kita temukan didalam jasadnya masih ada sisa tulang, tengkorak, tangan, sedikit tulang kaki. Jadi Ahamdulillah masih ada kita temukan tulangnya,” sebutnya.
Makam disemprotkan Air Zam-Zam
Setelah pembongkaran dan pemindahan selesai, tim Al Iswat menyemprotkan wewangian terhadap kedua jasad tersebut.
Dijelaskan, treatmentnya juga sudah dilakukan doa bersama sebelumnya. Dan sesuai tradisi setelah pemindahannya, jasadnya kita beri wewangian air zam-zam dan bunga.
Terkait tradisi yang dilakukan warga setempat pada Rabu (15/1), dia tidak mempermasalahkan karena itu merupakan tradisi sebagai bentuk penghormatan kepada sesepuh wilayah.
“Itu tradisi ya, tapi saya sendiri kurang paham detailnya,” sambungnya.
Dari informasi masyarakat katanya yang dipindahkan itu adalah tokoh penting/sesepuh. Kabarnya, Mbah Kromo Ijoyo itu dipercaya salah satu prajurit Pangeran Diponegoro dan beliau yang menjajah alas di sini (Ketingan).
Belasan Makam Terdampak Tol yang dibongkar Tim Al Iswat.
Joko turut menyampaikan timnya telah membongkar belasan makam terdampak tol. Kalau dari Boyolali sampai ke Tol Solo-Jogja ini kurang lebih 13 makam sesepuh maupun makam kampung. Kemudian Tol Jogja – Bawen ada 2 di Dusun Susukan dan Dusun Bantulan.
Hadir juga dalam prosesi pemindahan makam itu PT Jasamarga Jogja-Solo (JMJ) Adhi Karya.
Menariknya di makam lama tersebut, nampak pohon besar dan tinggi bernama pulai. Pohon yang memiliki tinggi 40 meter dnehan dengan diameter 60-100 cm.
Disampaikan Humas Proyek Tol Jogja-Solo-YIA Wilayah DIY PT Adhi Karya, Agung Murhandjanto, karena pohon pulai ini juga termasuk pohon yang keramat, maka, pada hari ini pula, pohon ini ditebang kemudian rencananya akan dipindahkan ke Keraton Yogyakarta.
“Kita cari penggantinya, karena yang di makam (jenazah) dua orang, jadi dua, sama (pohon) pulai juga. Kalau itu (pohon pulai di makam lama) cuma satu kan,” jelas Agung Murhanjanto.***