Denpasar – Danone Indonesia turut aktif dalam upaya pengelolaan sumber daya air yang terintegrasi dari hulu hingga hilir di sejumlah Daerah Aliran Sungai (DAS) di Bali termasuk di DAS Ayung
Diketahui, pertumbuhan penduduk, perubahan iklim, peningkatan aktivitas pariwisata yang tidak dibarengi dengan pengelolaan sumber daya air efektif dapat meningkatkan potensi defisit air.
Mengacu data Status Daya Dukung Air Pulau Bali yang diunggah Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Bali dan Nusa Tenggara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2021, diperkirakan status air di Bali akan menjadi defisit pada 2025.
Data mencatat, kebutuhan air di Bali pada 2021 mencapai 5.951,92 liter per detik dan akan menjadi 7.991,29 liter per detik pada 2025.
Kondisi defisit air di Bali pada 2025 berpotensi terjadi jika kapasitas infrastruktur penyediaan air baku di Bali belum ada penambahan kapasitas.
Aksi kolektif pengelolaan sumber daya air terintegrasi dari hulu hingga hilir dapat menjadi salah satu solusi untuk menjaga ketersediaan air.
“Kami sadar bahwa mendorong upaya keberlanjutan merupakan langkah penting untuk memberikan dampak nyata bagi kelestarian lingkungan dan masyarakat,” tutur Direktur Sustainable Development Danone Indonesia Karyanto Wibowo, dalam keterangan tertulis 19 Juni 2024.
Hal ini sejalan dengan komitmen perusahaan yang tertuang dalam pilar kedua Danone Impact Journey, melestarikan alam. Karenanya, Danone Indonesia turut aktif dalam upaya pengelolaan sumber daya
air yang terintegrasi dari hulu hingga hilir di sejumlah Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah kami melakukan kegiatan operasional, termasuk di DAS Ayung, Bali.”
DAS Ayung merupakan sungai terbesar di Bali dengan luas 109,30 km², sedangkan anak-anak sungainya memiliki panjang 300,84 km².2 DAS ini mengalir melewati enam (6) kabupaten dan kota di Bali yaitu Kabupaten Badung, Gianyar, Bangli, Tabanan, Buleleng, dan Kota Denpasar.
Sejak Juli 2013, Danone Indonesia bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan lokal yang terdiri dari pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat setempat (LSM Janma), perguruan tinggi, kelompok petani, relawan serta tokoh masyarakat untuk melestarikan DAS Ayung.
Forum multi sektor ini kemudian menjadi motor penggerak yang melakukan serangkaian program pengelolaan sumber daya air yang komprehensif dan terintegrasi dari hulu hingga hilir di DAS Ayung.
Upaya Kolaboratif Terintegrasi untuk Menjaga Sumber Daya Air dari Hulu hingga Hilir Di kawasan hulu, Forum DAS Ayung melakukan program pendampingan masyarakat berbasis kearifan
lokal untuk memaksimalkan konservasi sumber daya air di Glagalinggah, Kintamani.
Program ini menjadi penting karena kajian hidrogeologi menunjukkan bahwa area Kintamani adalah area tangkapan air utama bagi hulu Sungai Ayung.
Guna mengendalikan aliran air hujan dan meningkatkan penyerapan air kembali
ke tanah, Forum DAS Ayung telah membangun lebih dari 2,600 rorak (saluran/parit buntu), melakukan kegiatan penanaman dan pemeliharaan 4.000 pohon.
Dalam pengembangan ekonomi masyarakat, Danone Indonesia bersama Forum DAS Ayung melakukan
pendampingan masyarakat dalam mengembangkan Program Desa Wisata berbasis konservasi dan
budaya. Pendampingan yang dilakukan telah membuahkan hasil, dengan Wana Wisata Hutan Pinus
Glagalinggah menjadi salah satu tujuan wisata yang populer.
Danone Indonesia bersama masyarakat adat telah merancang lokasi wisata, termasuk melakukan pembukaan jalur trekking dan area camping, pembangunan amphitheatre, serta pengayaan jenis tanaman budaya dan adat Bali seperti Taru Pramana untuk keperluan upacara, tanaman kopi, dan tanaman obat-obatan tradisional.
Lebih lanjut, memahami pentingnya peranan Danau Batur di wilayah hulu, Danone Indonesia bersama mitra mengembangkan konsep Agromina sebagai upaya untuk mengatasi polusi amonia di Danau Batur.
Konsep ini menggabungkan pertanian dan perikanan. Pada praktik perikanan, Danone Indonesia
mengembangkan proses budidaya ikan menggunakan air yang diperkaya nutrisi.
Penggunaan air bernutrisi ini memperpanjang pemanfaatan air untuk praktik pertanian, yaitu penggunaan air kaya nutrisi untuk irigasi dan pemupukan tanaman. Pengembangan konsep Agromina bertujuan untuk praktik perikanan dan pertanian yang lebih ramah lingkungan dan hemat air, dengan biaya produksi yang lebih terjangkau bagi masyarakat Danau Batur.
Program Desa Wisata Hutan Pinus Glagalinggah serta inisiatif Agromina di wilayah Danau Batur ini turut menjadi bagian dari rangkaian agenda World Water Forum 2024 yang dikunjungi oleh para delegasi.
Program ini dipaparkan sebagai contoh pengelolaan sumber daya air berbasis masyarakat.
Pada kawasan tengah, Danone Indonesia bersama mitra mendampingi masyarakat Desa Bongkasa
Pertiwi, yang dikenal sebagai desa mandiri, maju, dan sejahtera berdasarkan prinsip Tri Hita Karana.
Desa ini kaya akan keanekaragaman hayati dan mandiri dalam hal energi. “Kerja sama BUMDes dan Danone Indonesia telah mendorong Desa Bongkasa Pertiwi menjadi Kampung Mandiri sejak 2018.
Awalnya, kolaborasi dimulai dengan pengembangan energi terbarukan biogas dari limbah ternak.
Saat ini warga telah memiliki dan memanfaatkan 44 reaktor biogas,” ujar Kepala Desa Bongkasa Pertiwi.
Selain itu, BUMDes bersama Danone Indonesia juga menggerakkan masyarakat untuk memantau
keanekaragaman hayati, salah satunya dengan menangkar burung Jalak Bali dalam upaya pelestarian Jalak Bali sebagai satwa endemik setempat.
Lebih lanjut, Danone Indonesia bersama mitra juga membantu masyarakat sekitar untuk melakukan budidaya madu Kela-kela di desa Bongkasa Pertiwi. Berbagai upaya ini dilakukan untuk menjaga ekosistem untuk memastikan kualitas dan kuantitas air selalu terjaga.
Ketua Kelompok Kehati Pertiwi Lestari I Gusti Agung Rai Astawa, , penangkar Jalak Bali di Desa Bongkasa Pertiwi, mengatakan, Jalak Bali memiliki nilai jual yang tinggi, sehingga ramai menjadi incaran pemburu.
Dulu, saya merupakan salah satu pemburu Jalak Bali. Namun, setelah mendapat edukasi dari Danone Indonesia mengenai pentingnya menjaga populasi Jalak Bali sebagai salah satu upaya melindungi keanekaragaman hayati, saya dan teman-teman di desa ini tergerak untuk melestarikan dan mengembangbiakkan Jalak Bali.
Pihaknya diberikan pelatihan dan pembangunan kandang. Hingga saat ini, sudah terdapat 50 Jalak Bali dan 56 Jalak Putih yang kami budidayakan.
Harapan kami, jumlah dan kualitas Jalak Bali terus meningkat dan terhindar dari kepunahan. Sehingga, upaya kami untuk menjaga keberadaan mereka terasa lebih bermakna.”
Sementara di kawasan hilir, Danone Indonesia aktif mengembangkan pengadaan Water Access, Sanitation and Hygiene (WASH) di Banjar Bukian.
Program WASH pertama kali dijalankan pada 2013, Danone Indonesia secara berkelanjutan membangun fasilitas WASH beserta edukasi kesehatan terkait Pola Hidup Bersih Sehat melalui berbagai media dan penyuluhan dan monitoring intensif. Hingga saat ini, sudah terdapat 1031 keluarga yang memiliki akses air bersih dan sanitasi layak.
Danone Indonesia terus mendorong terciptanya pengelolaan DAS secara terpadu dari hulu sampai hilir dengan semua pemangku kepentingan melalui aksi kolaborasi dengan Forum DAS Bali.
Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah pelibatan masyarakat dalam upaya pengelolaan DAS melalui upaym Pembayaran Jasa Lingkungan, atau Payment for Ecosystem Services (PES). PES merupakan salah satu skema pembiayaan inovatif dengan memberikan insentif kepada masyarakat yang terlibat dalam pelestarian sumber daya air berupa pengelolaan sumur resapan.
Sejalan dengan komitmen kami, Danone Indonesia percaya bahwa upaya keberlanjutan dan bisnis harus terus berjalan secara beriringan. Salah satu cara untuk mewujudkannya adalah dengan aktif mendorong kolaborasi multisektor untuk melakukan pengelolaan sumber daya air yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.
“Kami percaya upaya yang dilakukan secara konsisten dengan melibatkan banyak pihak dapat
meningkatkan kontribusi positif tidak hanya dalam pelestarian dan keberlanjutan lingkungan namun juga dalam hal pengembangan ekonomi masyarakat sekitar operasional kami,” tutup Karyanto. ***