ilustrasi |
Denpasar – Para driver menghimbau agar mitra ojol lain untuk sangat
menjaga atribut ojol yang mereka miliki saat ini mengingat tindak kriminal
yang dilakukan oknum dengan atribut ojek online (ojol) cukup meresahkan para
driver ojol di Bali.
Hal itu dikhawatirkan berdampak pada turunnya kepercayaan masyarakat.
Ketua Komunitas Gojek Bali Satu (GBS) Budi Arsono menceritakan beberapa waktu
lalu terjadi kasus pembunuhan di kamar kos Jl. Tukad Batanghari, Bali. Dalam
rekaman kamera pengintai (CCTV) terlihat pelaku menggunakan helm ojol.
“Pelaku bukan ojol, tapi pakai helm ojol yang lama. Ini teman-teman resah
banget. Di situasi sekarang dimana orderan sepi, masyarakat jadi parno liat
orang pakai atribut ojol,” ujar Budi Banteng, sapaanya, Kamis (11/2/2021).
Peristiwa itu kata Budi, bisa berdampak buruk bagi keberlangsungan profesi
ojol. Sebab rasa aman dan kepercayaan yang selama ini telah dibangun harus
rusak oleh oknum tidak bertanggungjawab.
Kondisi seperti itu, cukup meresahkan. Bisa berdampak pada orderan. Apalagi,
bisnis Ojol ini hidup dari kepercayaan masyarakat. “Kalau masyarakat tidak
percaya dan merasa takut, ya orderan bisa hilang,” Budi mengingatkan.
Guna memastikan rasa aman bagi masyarakat, lanjut Budi, para driver diminta
disiplin melapor dan menunjukkan aplikasi ojol ke petugas keamanan setempat
jika ingin masuk ke wilayah tertentu.
Dia bersyukur, setiap masuk perumahan untuk minta izin, selalu ditunjukan
aplikasi. Para pengemudi Ojol ini selalu dikasih jalan sama petugas keamanan
di perumahan atau pacalang setempat.
Mitra driver ojol dan masyarakat juga diminta saling menjaga, jika mendapati
orang yang mencurigakan menggunakan atribut ojol, jangan segan untuk
memintanya menunjukkan aplikasi.
“Kalau ada yang mencurigakan minta dia tunjukkan aplikasinya atau di foto
diam-diam motornya, lalu lapor ke Satgas Gojek/Grab biar ditindaklanjuti,”
katanya.
Tidak hanya itu, para driver ojol juga diminta untuk tidak menjual bebas atau
memberikan atribut ojol ke sembarang orang. Sebab atribut ojol saat ini banyak
dimanfaatkan oknum untuk mendapat akses bebas keluar masuk ke tempat-tempat
tertentu.
“Saya lihat di medsos banyak yang memperjualbelikan atribut karena sudah putus
mitra atau sudah punya kerjaan lain,” katanya.
Pihaknya mengimbau para driver yang sudah berhenti dapat menjual atributnya ke
driver yang masih aktif atau diberikan kepada ketua komunitas ojol.
Pada helm dan jaket Gojek yang baru terdapat barcode berisi identitas driver
sehingga beresiko jika diserahkan ke orang yang tidak bertanggungjawab.
“Diberikan saja ke ketua atau ke driver yang bisa dipercaya. Kalau ada teman
di komunitas yang berenti, saya minta (atributnya) saya beli dengan harga
teman, lalu saya simpan untuk menghindari penyalahgunaan,” papar Budi.
(rhm)