NUSA DUA – Institusi atau lembaga keuangan yang dikelola secara baik dan bertanggungjawab yang berkelanjutan dapat mengurangi tingkat kemiskinan di dunia. Vice President for Corporate Risk & Sustainability International Finance Corporation (IFC) Ethiopis Tafara menegaskan pentingnya regulasi dan standarisasi dalam pembangunan sistem keuangan yang bertanggungjawab dan stabil.
“Karena hal inilah yang mendasari pertumbuhan perekonomian yang berkelanjutan”, tegas Tafara dalam pertemuan International Sustainabel Finance Forum yang digelar Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Nusa Dua Kamis 30 November 2016.
Kata dia, institusi atau lembaga keuangan yang dikelola secara baik dan bertanggungjawab dapat mengurangi tingkat kemiskinan di dunia. Hal itu merupakan logika yang mendasar, agar dapat memunuhi kebutuhan pertumbuhan penduduk.
Berdasar data, lebih dari 600 juta lapangan pekerjaan perlu diciptakan tahun 2030. Sebagian besar berada di Asia Selatan dan Afrika. Tentu saja, lebih dari tiga perempat lapangan kerja akan diciptakan oleh sektor usaha kecil. Padahal di pihak lain, usaha kecil memiliki kekurangan pendanaan hingga USD 2 Triliun.
Tafara melanjutkan, hingga 10 atau 15 tahun mendatang, kebutuhan pembiayaan untuk infratruktur bahkan mencapai 10 kali lipat dari angka itu. Sementara, pembiayaan yang tersedia melalui institusi pembangunan sekitar 132 USD miliar pertahun. Artinya, lembaga tersebut hanya dapat menutupi 1 persen dari kebutuhan pembiayaan infratruktur.
“Ini artinya kebutuhan pendanaan tersebut hanya dapat dipenuhi oleh lembaga dan institusi keuangan,” imbuhnya. Dengan pengelolaan institusi keuangan yang baik maka akan dapat memobilisasi dana antar perorangan, perusahaan bahkan negara.
Lembaga-lembaga tersebut, dapat mengumpulkan dana untuk menghasilkan investasi yang produktif yang pada akhirnya menghasilkan pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan pekerjaan. Dengan peran pentingnya lembaga keuangan dalam pembangunan itu, sehingga
diperlukan sistem perbankan yang kuat dan bertanggungjawab.
“Perbankan memiliki kemampuan untuk mengurangi kemiskinan dengan memasukkan pihak yang kurang mampu ke dalam sistem keuangan,” jelasnya
Dalam kesempatan sama, Ketua OJK Muliaman Hadad menambahkan, keuangan yang berkelanjutan mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan yang dihasilkan dari keselarasan antara kepentingan ekonomi, sosial dan lingkungan hidup. Kata dia, keuangan berkelanjutan menyeimbangkan target pembangunan berkelanjutan yang tidak hanya meliputi aspek lingkungan tetapi juga aspek ekonomi dan sosial.
Dalam konteks itulah, keuangan berkelanjutan memastikan agar kegiatan bisnis dilakukan dengan memperhatikan ketiha aspek itu sehingga secara tidak langsung lembaga-lembaga keuangan itu berperan seta dalam isu lingkungan hingga pengelolaan perubahan iklim. (rhm)