Amlapura – Saat keluarga menggelar tradisi Ngetelunin almarhum Made Putu atau lebih dikenal dengan Putu Kumis (60) di kuburan diiringi dengan lagu genjek sembari minum tuak oleh teman-teman almarhum.
Saat keluarga besar yang menjeguk ke kuburan setelah tiga hari meninggal dunia nampak khusuk. Usai tradisi utama diantaranya ngelebain (memberikan makan red), rekan rekan almarhum serta beberapa keluarganya langsung duduk melingkar di dekat pusara.
Mereka menjaga jarak dan menggunakan masker. Ada 10 orang warga bersulang menggunakan tuak. Mereka mulai menyanyikan lagu genjek sambari minum tuak. Kepergian almarhum meninggalkan kesan mendalam bagi keluarga besar dan rekanya.
Bapak empat anak tersebut meninggal dunia tiga hari yang lalu. Awalnnya kondisi almarhum sehat sehat saja, namun diduga kacapaian korban lemas dan meninggal dunia.
Meninggal di musim Covid seperti ini sempat membuat warga bertanya Tanya, namun sudah dilakukan pengecekan oleh Puskesmas selat korban meninggal bukan karena Covid.
Sehingga pemakaman korban pun tidak menggunakan protocol pasian Covid. Putu Kumis dikenal sopir truk legendaris, almarhum cukup lama menekuni pekerjaan ini dari masih muda sampai meninggal dunia.
Almarhum dikenal ramah dan bersahaja sesekali juga menjamu teman temanya dengan minum tuak sambil megenjekan. Karena itu untuk mengantar kepergianya ke alam baka dia pun diantar dan diiringi dengan lagu lagu genjak oleh keluarga dan teman teman almarhum.
“Ya lagu lagu genjak yang kerap dinyanyikan almarhum dinyanyikan teman temanya tadi (kemarin red),” ujar sepupu arlamrhum I Komang Sutama (48). Peria asal Dusun Bambang Biuang, Duda, Selat, Karangasem ini pun dilepas dengan iklas oleh keluarga besarnya dan kerabat.
“Ya beliau pergi meninggalkan kenangan bagi kami sekeluarga,” ujar Sutama. Tradisi Ngetelunin atau tiga hari dilakukan bagi warga Bali yang beragama Hindu. Tradisi ini dilakukan di Kuburan dekat pusara almarhum.
Hanya saja, mengiringi dengan lagu genjak sambil minum tuak ini baru pertama kali terjadi di Banjar adat Bangbang Biaung.
“Ya teman teman almrhum terkenang karena kerap diajak megenjekan,” ujarnya. Ganjek sendiri merupakan salah satu tradisi atau kesenian di Karangasem. biasanya dilakukan saat santai sambil minum tuak sekedarnya.
Tradisi Ganjek saat ini sudah cukup dikenal di Bali. awalnya berasal dari Karangasem tepatnya kerajaan Karangasem untuk memberikan semengat kepada para prajuritnya ketika menyerang kerajaan Mataram Lombok.
“Kami melakukan sosial distancing dengan menjaga jarak dan menggunakan masker,” ujar Sutama. Hanya saja apa yang terjadi kemarin diakui cukup unik dan berkesan. Sehingga pihak keluarga juga ikhlas menerima kepergian almarhum. (nik)