Ubud – President Indonesia Marketing Association (IMA) periode 2021-2023 Suparno Djasmin mempercayai ekonomi Indonesia ini akan start lebih awal ketika resesi selesai dan seluruh elemen di IMA kompak bergerak saling kolaborasi serta menjadi marketer yang berjiwa entrepreneur.
Suparno Djasmin menegaskan itu saat Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Ubud Bali.
Rakernas IMA, diikuti lebih dari 200 perwakilan dari 89 chapter dari total anggota sebanyak 2.963 di seluruh Indonesia. Kegiatan Rakernas dihadiri Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Ardhana Sukowati (Cok Ace) Honorary Founding Chairman IMA Hermawan Kartajaya, Co-Honorary Founding Chairman IMA Juan Permata Adoe, Senate Chairman of IMA YW. Junardy , Senate Secretary of IMA Hendra Warsita, Koordinator Wilayah IMA Bali Gusde Sidharta .
Lebih lanjut, Suparno Djasmin mengungkapkan, kesadaran arti pentingnya tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals-SDGs) bersamaan mulai meredanya Covid-19 disuarakan kembali Indonesia Marketing Association (IMA) saat menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Ubud Bali.
“IMA mengajak internal organisasi serta masyarakat, terutama kalangan profesional untuk menyadari dan terpanggil dalam membangun kesadaran akan arti pentingnya tujuan pembangunan berkelanjutan,” tuturnya Sabtu (8/10/2022).
President IMA Periode 2021 – 2023 Suparno Djasmin mengatakan ancaman resesi perekonomian dunia bisa memicu kemunduran ekonomi. Sehingga masyarakat perlu hati-hati dalam navigasi dan antisipasi ketidakpastian yang disebabkan oleh resesi global.
World Trade Organization (WTO) menurunkan angka prediksi pertumbuhan ekonomi dari 3,3% menjadi 2,3% di tahun 2023. Sebagai pelaku bisnis, ancaman resesi perekonomian dunia ini memang nyata. Resesi ekonomi bisa memicu penurunan keuntungan perusahaan, meningkatnya pengangguran hingga kemunduran ekonomi.
Meski kondisi ekonomi global yang sedang bangkit dari pandemi Covid-19, dunia dihadapkan dengan potensi resesi, inflasi yang didorong oleh krisis energi.
“Kondisi geopolitik yang mengganggu supply chain yang terjadi berkepanjangan sehingga negara-negara kompak meningkatkan suku bunga untuk mengendalikan laju inflasi,” katanya mengiangatkan.
Sedangkan di Indonesia, Presiden Jokowi juga menyampaikan tahun depan, 2023 perekonomian nasional berpotensi kurang cerah.
Faktanya, ancaman resesi ekonomi bisa dirasakan saat ini di Indonesia, seperti inflasi yang diprediksi mencapai 6,8%, membuat lemahnya daya beli dan menggerus konsumsi hingga berujung pada perlambatan pertumbuhan ekonomi, serta banyak perusahaan yang berguguran.
Suku bunga acuan yang menjadi 4,25% untuk mengendalikan Inflasi juga mengakibatkan kenaikan harga-harga yang dapat meningkatkan risiko kredit yang tentunya akan berdampak pada perekonomian.
Dengan kondisi yang seperti ini, IMA sebagai asosiasi pemasaran yang terdiri dari akademisi, professional, pemerintah dan pengusaha, perlu merapatkan barisan, kompak dan saling berkolaborasi untuk berkontribusi nyata bagi perekonomian di Indonesia.
Pihaknya percaya, ekonomi Indonesia ini akan start lebih awal ketika resesi selesai bila seluruh elemen di IMA kompak bergerak dan saling kolaborasi serta menjadi marketer yang berjiwa entrepreneur.
“Terlebih bila didukung 88 Chapter dengan 2.959 anggota IMA di Indonesia,” sambung Suparno Djasmin.
Sebagai tambahan, ada berbagai hal yang bisa dilakukan bersama untuk berkontribusi bagi Indonesia di masa-masa sulit ini, seperti mengimplementasi ilmu dan praktik pemasaran terbaru melalui kegiatan nyata yang berfokus pada UMKM dan pariwisata.
Pada era komoditisasi dan maraknya produk impor saat ini, Brand dan packaging merupakan salah satu diferensiasi yang bisa membantu Indonesia memenangkan persaingan.
IMA juga berkontribusi bagi Indonesia di masa-masa menantang ini untuk menghadapi resesi dengan mendorong implementasi ilmu dan praktik pemasaran yang kreatif dan inovatif melalui kolaborasi untuk membuat UMKM beyond Indonesia Market.
IMA perlu memperkuat kolaborasi dengan menggandeng Kementerian Perdagangan untuk memberikan akses kepada para anggota IMA untuk mendapatkan akses ke pasar luar negeri, serta kerjasama di bidang perdagangan untuk memasarkan produk- produk UMKM unggulan Indonesia.
Selain itu IMA perlu menjalin kerja sama dengan asosiasi strategis yang mendukung perdagangan
Menteri Perdagangan Zulkifly Hasan menyatakan dibutuhkan kolaborasi, bahu membahu untuk mendukung ketahanan pangan Indonesia dalam mengantisipasi kondisi atau masa sulit ke depan.
Mendag dalam sambutannya dibacakan Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri,Syailendra, menjelaskan situasi yang menantang saat ini, pemerintah mengajak IMA dan masyarakat untuk bersama-sama berinovasi dan kreatif.
“Terutama dalam mengupayakan ketahanan pangan, karena selain Indonesia punya tanah yang luas, tetapi juga subur,” tuturnya.
Dalam kesempatan sama, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati atau Cok Ace mengatakan pembangunan di Bali saat ini dan ke depan sudah sesuai dengan inisiatif SDGs dengan memperhatikan budaya, lingkungan menuju kesejahteraan masyarakat.
“Kami sudah mengimplementasikan SDGs untuk pengembangan Bali ke depan dengan nama Bali Era Baru, dengan memperhatikan budaya, lingkungan, ekonomi dan kesejahteraan,” ujar Cok Ace yang juga Ketua PHRI Bali.
Seiring meredanya kondisi Covid-19, Rakernas digelar kedua kali tahun ini dilakukan secara hybrid seperti di Bandung pada bulan Mei 2022 menyusul meredanya kondisi Covid-19.
Tema diusung “Entrepreneurial Marketing: Riding The Momentum Towards 2030” yang dikaitkan dengan rencana jangka panjang SDGs, sebagai upaya menggerakkan ekonomi daerah setelah meredanya Covid-19 dan membangkitkan aktivitas yang produktif.
Dukungan IMA terhadap Sustainable Development Goals
Dukungan IMA terhadap SDGs tidak hanya diwujudkan melalui sosialisasi dan keterlibatan dalam organisasi IGCN. Melalui Rakernas tersebut dilakukan penyerahan secara simbolis 2.600 pohon mangrove oleh Suparno Djasmin sebagai President IMA yang melambangkan ulang tahun IMA yang ke-26 kepada Tjokorda Oka sebagai Wakil Gubernur Bali.
Penyarahan dilanjutkan kepada perwakilan Nelayan Mangrove Bali. Hal tersebut menjadi bukti pentingnya perawatan lingkungan sebagai salah satu poin dalam SDGs untuk mendukung target 2030.
IMA mendorong sosialisasi profesionalisme pemasaran melalui branding dan meningkatkan awareness dan implementasi 17 Sustainable Development Goals yang sejalan dan berkaitan dengan IMA, terutama Tujuan ke-8 untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, berkelanjutan.
Selain itu, kesempatan kerja yang produktif dan menyeluruh serta pekerjaan yang layak untuk semua yang sangat erat kaitannya dengan sektor pariwisata dan UMKM serta lapangan kerja.
Dengan hal-hal tersebut, jika dilakukan bersama dan konsisten, IMA dapat berkontribusi untuk menjadikan Marketing for Better Indonesia.
Bentuk dukungan terhadap sustainability, IMA bergabung dalam Indonesia Global Compact Network (IGCN), yaitu jaringan institusi dan korporasi di Indonesia yang akan membantu Indonesia agar bisa mencapai target-target yang ada dalam Sustainable Development Goals.
Kemudian membentuk fungsi business sustainability sebagai upaya membangun kesadaran internal IMA untuk membantu Indonesia dalam pencapaian target-target Sustainable Development Goals.
Beberapa chapter IMA mulai merintis aktivitas yang mengarah ke dukungan untuk pencapaian target Sustainable Development Goals. Artinya IMA tidak hanya sekedar menjadi anggota pasif IGCN tapi ikut memberikan contoh nyata upaya pencapaian Sustainable Development Goals.
Pada Rakernas di Bali, 8 Oktober, untuk pertama kalinya, acara Rakernas digabungkan rangkaian acara internasional, 2nd World Marketing Forum, yang berlangsung pada 6 – 7 Oktober 2022 dan merupakan hasil co-creation IMA dan JMA (Japan Marketing Association).
Selain itu, penyelenggaraan rakernas bersamaan acara Annual General Meeting (AGM) dari Asia Marketing Federation (AMF). IMA adalah salah satu dari 19 negara yang menjadi anggota. Rangkaian acara tersebut disebut Octoberfest dan akan menggabungkan seminar internasional dan acara pertemuan besar anggota IMA seluruh Indonesia.
World Marketing Forum (WMF) yang didukung Asia Marketing Federation (AMF), yang mana IMA founding membernya, merupakan wujud konkret IMA untuk menjadi asosiasi profesional yang mendukung perbaikan UMKM dan pariwisata di Indonesia, khususnya di Bali.
Dijelaskan WMF merupakan momentum yang baik bagi IMA untuk memanfaatkan dan bekerjasama dengan 19 negara AMF selain dalam wujud akademis, juga secara bisnis sehingga IMA akan semakin berdampak positif bagi Indonesia dan mendukung pemerintah khususnya Kementerian Perdagangan dalam meningkatkan ekspor produk-produk unggulan Indonesia. ***