Jakarta – Sekjen Pena 98 yang Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Adian Napitupulu menegaskan pemberian rumah bagi korban tragedi Trisakti sama sekali tidak ada kaitannya dengan pembahasan ataupun komitmen politik tahun 2024.
Dalam tulisannya, Adian Napitupulu menyatakan tidak maksud untuk membela Erick Thohir, Agus Gumiwang atau Airlangga namun ingin meluruskan cerita.
Setidaknya sebagai salah satu pengusul maka dirnya perlu menyampaikan nya secara kronologis agar tidak muncul dugaan dan spekulasi sebagaimana pernyataan Kontras, Rivanlee, yang mengatakan bahwa pemberian rumah dan bantuan modal untuk keluarga korban Trisakti menjadi jualan politik atau pernyataan Haris Azhar yang menyebut hal itu sebagai Sparing Action menuju 2024 sebagaimana pemberitaan banyak media.
Adian Napitupulu menuturkan, cerita bermula tahun 2018 saat pembicaraan dengan Presiden Jokowi di hotel Salak, kota Bogor 4 tahun lalu. Ia mengulang kembali pembicaraan Presiden Jokowi dengan beberapa aktivis 98 terkait Rumah untuk keluarga mahasiswa korban Trisakti.
“Presiden setuju lalu meminta saya mengkoordinasikan hal itu dengan Mensesneg,” ucap Adian Napitupulu.
Hari berganti minggu berganti bulan namun tidak ada kabar apapun dari Mensesneg. Disisi lain Pandemi Covid 19 yang berlangsung lebih dua tahun membuat komunikasi terhambat, prioritas bergeser dan banyak hal lain yang semula di rencanakan tidak sesuai dengan jadwal yang di targetkan, termasuk rumah itu.
Akhir 2021, dalam satu kesempatan makan siang di ruang makan Komisi VII, Adian Napitupulu ngobrol ringan dengan Maman Abdurachman (Waket Kom VII). Dalam obrolan ringan itu kembali terlontar wacana rumah untuk keluarga Korban Trisakti.
Mungkin karena Maman juga terlibat aksi aksi saat itu dan ia juga alumni Trisakti maka Maman merespon dengan antusias. Singkat cerita Maman akan berusaha meyakinkan Menteri Perindustrian siapa tahu mau ikut berapartisipasi.
Kemudian, 12 Januari 2022, Daniel Wewengkang, staf khusus Erick Thohir bertemu dirinya di Desa Wisata Lebak Wangi Parung. Obrolan mulai soal pohon, danau, ikan termasuk juga ngobrol tentang rumah untuk keluarga korban Trisakti.
Adian Napitupulu meminta Daniel menyampaikan ke Erick Thohir jika mau berkontribusi apapun atau berapapun.
18 Januari 2022, di Hotel Mulia rencana tersebut termasuk dimatangkan. Hendro dan Iwan sangat bersemangat dan akan membicarakan kembali hal tersebut pada keluarga korban. Setidaknya walau sudah berlalu 4 tahun tapi janji rumah itu harus di perjuangkan.
Kemudiian, 6 Maret 2022 Daniel Wewengkang menghubunginya dan menyampaikan kemungkinan Erick Thohir berpartisipasi.
Maka 9 Maret 2022, saat bertemu Usman Hamid di salah satu Cafe di kota Bogor dengan harapan, ada pengusutan tuntas terhadap kasus penembakan Mahasiswa Trisakti namun Adian Napitupulu mennjelaskan rumah ini lebih pada persoalan kemanusiaan dan upaya menepati janji pada keluarga korban khusus nya para orang tua korban yang semakin uzur walaupun tentunya pemberian rumah ini bukanlah upaya untuk meniadakan pengusutan.
14 Maret 2022 Hendro, Iwan dan perwakilan 4 keluarga korban, beberapa alumni Trisakti bertemu dengan saya dan Daniel Wewengkang di Desa Wisata Lebak Wangi untuk membicarakan rumah tersebut. Dari pembicaraan itu di dapat informasi bahwa Erick bersedia menyiapkan 4 rumah.
Sekitar 20 Maret dimulailah pencarian rumah untuk keluarga korban. Kementrian BUMN menunjuk BTN melalui Dirut dan Wadirut nya untuk memberi alternatif perumahan di Jabodetabek. Berikutnya keluarga korban di dampingi Mustar, Hendro dan Iwan mensurvey lokasi.
Setelah membandingkan, keluarga Korban memutuskan di Cibubur 3 unit dan 1 unit di Tangerang dengan nilai tiap rumah berkisar Rp 1 Milyar hingga Rp 1,2 Milyar atau total sekitar Rp 4 milyar hingga Rp 4,5 Milyar.
“19 April 2022 saya dan Maman Abdurachman bertemu dengan Agus Gumiwang. Dalam kesempatan itu saya sampaikan bahwa Erick Thohir sudah menyiapkan 4 rumah. Agus Gumiwang lalu menyatakan bahwa karena rumah sudah ada maka lebih baik ia membantu modal usaha untuk keluarga korban masing masing Rp 750 juta atau total Rp 3 Milyar,” ucapnya.
Seluruh perjalanan pencarian rumah dan permodalan usaha dibicarakan secara terbuka dengan keluarga korban dan beberapa alumni Trisakti termasuk perwakilan rektorat Trisakti saat berbuka puasa bersama di Restoran Pulau dua tanggal 22 April 2022.
Selanjutnya, 23 April 2022 pihak BTN dan keluarga Korban tandatangani serah terima surat rumah. Tanggal 25 April 2022 saat acara buka puasa, secara simbolis Erick Thohir serahkan kunci rumah pada keluarga korban yang di hadiri juga perwakilan dari alumni, Rektorat dan Yayasan Trisakti. Tanggal 26 April di Universitas Trisakti bantuan permodalan usaha di berikan oleh Airlangga Hartarto di dampingi Agus Gumiwang seusai acara kuliah umum Airlangga di universitas Trisakti.
“Dari proses yang saya ikuti hari demi hari tidak ada satupun pembicaraan apalagi komitmen terkait politik khususnya terkait 2024 apakah itu ajakan memilih atau tidak memilih seseorang,” tandas Adian Napitupulu.
Jika dilihat dari angka nya dan kepentingan politik maka Erick Thohir dan Agus Gumiwang tentu bodoh jika memberikan 4 rumah senilai Rp 4 Milyar atau Modal usaha senilai Rp 3 Milyar hanya kepada 4 keluarga.
Kalau ada kepentingan politik sekedar mendongkrak popularitas maka bukankah akan lebih Efektif jika uang itu dibuat 150.000 hingga 200.000 kaos untuk dibagikan ke 150.000 hingga 200.000 orang atau mencetak 300.000 hingga 400.000 kalender yang bisa di pasang di 300.000 hingga 400.000 rumah, bukan hanya 4 rumah
Perlu dicatat dan digaris bawahi bahwa Rumah tersebut tidak diberikan tiba tiba tapi di perjuangkan bersama para korban sesama aktivis 98 sejak 4 tahun yang lalu.
Dengan demikian, jika kontras dan Haris Azhar menganggap hal tersebut adalah kesalahan maka timpakanlah kesalahan tersebut 100% pada dirinya bukan Erick atau Agus Gumiwang atau Airlangga.
“Jika itu salah maka yang salah adalah komitmen saya dan kawan kawan untuk menepati janji, rasa peduli serta keberpihakan pada korban, tidak ada motif lain, tidak ada tujuan lain,” sergah Adian Napitupulu.
Pihaknya berharap, agar Kontras maupun Haris Azhar tidak hanya mengkritik tapi jika bisa tolong ajarkan saya agar ketika terjadi hal serupa, saya tahu memilih waktu kapan bantuan bisa diberikan. Apakah awal periode pemerintahan? Atau seperti saat ini di Pertengahan periode atau nanti di akhir periode pemerintahan.
“Karena menurut saya, kapanpun waktu pemberiannya tapi jika dipandang dari kaca mata konspiratif dan tendensius bukankah tetap saja selalu bisa dianggap ada kepentingan politik di balik itu,” demikian Adian Napitupulu. ***