Cetak Sejarah, Gurita Beku Simeulue Tembus Pasar Jepang

Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM), Rina mengungkapkan ekspor komoditas Gurita merupakan yang pertama dari Simeuleu.

25 September 2021, 07:49 WIB

Sinabang – Untuk pertama kalinya  sebanyak 10.260 kg gurita beku asal Pulau Simeuleu, Kabupaten Simeulue, Provinsi Aceh berhasil menembus pasar Jepang. 

Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM), Rina mengungkapkan ekspor komoditas Gurita merupakan yang pertama dari Simeuleu.

“Hari ini kami laporkan bahwa kita akan melepas ekspor pertama kali dalam sejarah BKIPM Aceh yaitu ekspor produk perikanan gurita beku,” kata Rina saat pelepasan ekspor di Bumi Serambi Mekkah, Jumat (24/9/2021). 

Sukses ekspor senilai Rp885.903.920 ini berkat sinergitas para pemangku kepentingan mulai dari BKIPM, Pemda Simeuleu, Perum Perindo, serta Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP). 

Perum Perindo yang bertindak sebagai Unit Pengolah Ikan (UPI)  yang menggunakan internal cold storage (ICS) yang dibangun KKP melalui Ditjen PDSPKP.

Kemudian, penerbitan sertifikat kelayakan pengolahan (SKP) oleh Ditjen PDSPKP dan penerbitan hazard analysis critical control point (HACCP) oleh BKIPM. 

“Kami di ujung (proses) dapat memoles lebih indah dengan sertifikat HACCP sehingga produk perikanan Simeulue dapat diterima pasar Jepang,” terangnya.

Bupati Simeulue, Erly Hasyim berharap ekspor perdana dari Simeulue ke Negeri Sakura ini bisa menjadi momentum kebangkitan sektor kelautan dan perikanan di wilayahnya.

Jarannya berkomitmen menjadikan sektor kelautan dan perikanan sebagai penopang ekonomi andalan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Adanya hibah dari KKP berupa 1 unit ICS tahun 2017 juga dianggap telah memberikan dampak ekonomi pada sektor hilir bagi pelaku usaha perikanan dan Pemda Simeulue yang salah satunya berdampak terhadap peningkatan ekspor komoditas hasil perikanan dan Pendapatan Asli Daerah (PAD). 

“Peningkatan volume dan nilai produksi perikanan Simeulue terus digenjot melalui bantuan sarana dan prasarana perikanan sehingga komoditas unggulan perikanan Simeulue mampu memenuhi pasar lokal dan dapat bersaing dan diterima di pasar internasional,” terang Erly.

Pihaknya mengapresiasi ekspor perdana produk kelautan dan perikanan Simeulue yang telah membuat catatan sejarah. Selama ini, belum pernah  dilakukan ekspor langsung dari Simeulue menuju negara tujuan.

“Kita ketahui bahwa selama ini hasil perikanan Simeulue yang terus dijual ke Medan dan yang melakukan ekspor adalah pelaku usaha Medan,” ujarnya.

Anggota Komisi IV DPR, TA Chalid menyebut ekspor perdana ini sebagai bentuk nyata sinergitas di lapangan. 

Terlebih ICS yang dipakai adalah bantuan dari KKyP dan menunjukkan dana pusat yang disalurkan ke Aceh khususnya Simeulue menjadi berkah bagi masyarakat setempat.

“Dananya tidak mubazir dan tentunya hal ini akan menjadi perhatian dari kami sehingga kami dari DPR RI bisa  mendorong  untuk lebih mengoptimalkan anggaran di KKP agar bisa  memberikan lebih banyak lagi anggaran Ke Aceh, khususnya Simeulue,” kata legislator Dapil Aceh ini. ***

Berita Lainnya

Terkini