Dosen FMIPA UNY Sulap Ubi Kayu Jadi Tepung Fermentasi untuk Kue hingga Komestik, Seperti Apa?

Tim dosen UNY mampu mengolah ubi kayu menjadi makanan seperti roti dan kue, bahan kosmetik seperti bedak, material membran, bahan dasar obat dan lain-lain

12 Agustus 2024, 17:00 WIB

Yogyakarta – Sejumlah dosen Fakultas MIPA UNY berhasil membuat olahan tepung fermentasi dari ubi kayu (Manihot Esculenta) yang memiliki nilai jualnya tinggi.

Kreativitas tidak hanya milik mahasiswa, para dosen Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) juga tak kalah inovatifnya.

Karya inovatif ditunjukkan tim dosen UNY beranggotakan Prof. Isana Supiah Yosephine Louise, Dr. Bernadetta Octavia dan Dr. Suhartini.

Compress 20240812 175604 4021
Tim dosen UNY mampu mengolah ubi kayu menjadi tepung fermentasi /dok.humasuny

Tim dosen UNY mampu mengolah ubi kayu menjadi makanan seperti roti dan kue, bahan kosmetik seperti bedak, material membran, bahan dasar obat dan lain-lain.

Inovasi mereka dilatarbelakangi keterbatasan pengolahan dan pemanfaatan umbi-umbian lokal padahal Indonesia merupakan negara yang relatif subur yang memiliki banyak ragam tanaman, termasuk umbi-umbian.

Isana Supiah Yosephine Louise menuturkan, banyak yang belum tahu jika umbi kayu bisa dimanfaatkan menjadi bahan dasar tepung, ini karena biasanya masyarakat hanya mengonsumsinya dengan cara direbus bahkan hanya dijual dalam bentuk mentah.

Untuk itu diperlukan pengetahuan hingga pendampingan bagi masyarakat terutama di pedesaan agar mereka mampu mengolah hasil bumi.

“Terutama umbi-umbian lokal menjadi produk yang lebih bermanfaat dan tahan lama serta memiliki nilai jual relatif tinggi, setidaknya dari sinilah masyarakat mampu meningkatkan taraf perekonomian keluarga,” ungkap
Isana Supiah Yosephine Louise dalam paparannya di Dusun Mulo Wonosari Gunungkidul untuk diberi pelatihan tentang pengolahan umbi local menjadi tepung fermentasi, Senin 12 Agustus 2024.

Kata Bernadetta Octavia, umbi-umbian lokal, seperti singkong, ubi jalar, kimpul atau talas, gadung, ganyong, gembili, uwi dan garut diklaim setelah diolah menjadi tepung, semua ini memiliki waktu penyimpanan yang relatif lama dan memiliki nilai jual relatif lebih tinggi.

Demikian juga, bahan dasar obat seperti inulin merupakan komponen dalam umbi-umbian lokal yang bersifat prebiotik dan belum dikembangkan secara optimal.

Paparan lebih lanjut disampaikan Suhartini soal pembuatan tepung fermentasi ini menggunakan ragi merah (Monascus Purpureus).

Pertama, umbi singkong dikupas dan dicuci bersih lalu dikukus hingga masak.

“Setelah dingin dapat dilakukan proses fermentasi, ” kata Suhartini menjelaskan.

Kemudian, umbi singkong yang telah dicampur ragi dimasukkan dalam kantong plastik lalu diamkan selama 4-5 hari dan keringkan, tumbuk serta diayak sehingga menjadi tepung.

Salah satu peserta pelatihan, Musfiah mengaku senang dalat mengikuti pelatihan tersebut.

Menurutnya, kegiatan ini sangat bermanfaat karena menambah keterampilan dalam pengolahan umbi singkong.

“Saya harap kegiatan ini terus berlanjut dengan materi tepung fermentasi skala industri termasuk skala pemasarannya,” imbuh Musfiah. ***

Artikel Lainnya

Terkini