Kasus Paniai Masuk Pengadilan, Pembuka Penyelesaian Pelanggaran HAM Berat di Indonesia

Masuknya kasus pelanggaran HAM berat di Paniai Papua ke pengadilan dapat menjadi pembuka pelanggaran HAM berat lainnya di Indonesia.

18 Juni 2022, 08:20 WIB

Jakarta – Masuknya kasus pelanggaran HAM berat di Paniai Papua ke pengadilan dapat menjadi pembuka pelanggaran HAM berat lainnya di Indonesia.

Hal itu ditegaskan Deputi V Kepala Staf Kepresidenan Jaleswari Pramodhawardani menanggapi apresiasi dunia terhadap kinerja Indonesia dalam menangani pelanggaran HAM berat di Paniai Papua.

Peneliti senior LIPI ini juga menegaskan, penanganan secara yuridis kasus Paniai dapat menjadi pembuka bagi penyelesaian pelanggaran HAM berat lainnya.

“Baik secara yudisial melalui proses peradilan maupun non yudisial,” tegasnya dikutip dari keterangan tertulisJ Jumat (17/6/2022).

Disadari, penyelesaian pelanggaran HAM berat masa lalu tidak mudah dan memiliki kompleksitas. Meski begitu pemerintah tidak pernah berhenti dan terus mengupayakan penyelesaiannya.

“Termasuk mengupayakan suatu gugus tugas penanganannya melalui Keputusan Presiden, serta pengajuan kembali RUU Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi yang baru, setelah UU KKR 2004 dibatalkan oleh MK pada 2006,” jelas Jaleswari Pramodhawardani.

Lanjut dia, Presiden Joko Widodo secara khusus memerintahkan Menkopolhukam dan Kejaksaan Agung (Kejagung) untuk menyelesaikan pelanggaran HAM.

“Sebagai langkah awal adalah penanganan kasus Paniai yang terjadi pada masa awal pemerintahan Presiden Jokowi,” tukas Jaleswari Pramodhawardani.

Kejaksaan Agung (Kejagung) telah melimpahkan berkas perkara dugaan pelanggaran HAM berat dalam peristiwa Paniai Papua yang terjadi 2014 silam. Berkas perkara atas nama terdakwa IS ini dilimpahkan ke Pengadilan Negeri Kelas IA Khusus Makassar, pada Rabu (15/6).

Masuknya kasus HAM Paniai ke pengadilan mendapat apresiasi dunia. Komisi Tinggi PBB untuk HAM Michelle Bachelet menyampaikan apresiasi tersebut secara langsung kepada Menkopolhukam Mahfud MD saat berkunjung ke Dewan HAM PBB dan Komisi Tinggi HAM PBB, di Jenewa Swiss.

Jaleswari Pramodhawardani menilai, apresiasi PBB tersebut menjadi cermin dari keberhasilan Indonesia dalam mengonsolidasikan seluruh stakeholder dalam penanganan pelanggaran HAM.

Konsolidasi tersebut terwujud dengan terbentuknya forum rapat bersama kementerian/lembaga, pegiat HAM, dan organisasi masyarakat sipil Peduli HAM.

“Ini tindaklanjut dari arahan Presiden Joko Widodo pada pidato kenegaraan di MPR pada 16 Agustus 2020, bahwa HAM harus diarusutamakan dalam kebijakan pemerintah pusat dan daerah,” tuturnya.

HAM menjadi isu prioritas dan strategis Presiden yang harus dikawal. KSP bersama Kemenko Polhukam dan K/L terkait terus menguatkan konsolidasi untuk meningkatkan kinerja HAM di Indonesia. ***

Artikel Lainnya

Terkini