Seniman multilenta Ni Putu Putri Suastini Koster/Dok.Humas Pemprov Bali |
Badung – Penyair budayawan Umbu Landu Paranggi meninggalkan banyak
kesan bagi banyak orang terlebih sesama seniman seperti dirasakan seniman
multilatenta Bali Ni Putu Putri Suastini Koster. Baginya, Umbu adalah Guru
Alam yang lelaku hidupnya banyak hal yang perlu diteladani.
“Secara fisik kehilangan namun kami juga bersyukur bahwa Bapak Umbu kini telah
pergi untuk meraih kebahagiaan,” ujar Putri saat prosesi penghormatan
inkulturasi antara liturgi Kristiani dan ritual Kurukudu dalam tradisi Sumba
kepada mendiang Umbu Landu Paranggi, yang dilaksanakan di Taman Makam
Kristiani Mumbul, Jalan Bypass Ngurah Rai, Nusa Dua Badung, Senin 12 April
2021.
Di balik kepolosan dan konsistensi Umbu, di dunia sastra, penyair yang
dijuluki Budayawan Emha Ainun Najib Presiden Maliobori itu, tidak hanya
berlaku sebagai guru sastra tetapi ‘guru alam’ bagi semua.
Putri sangat mengagumi jasa-jasa sosok yang sering disebut mahaguru para
penyair di Indonesia tersebut bagi perkembangan dunia sastra di Bali, meskipun
Pulau Dewata bukan merupakan tanah kelahirannya.
Meski lahir dari darah biru, keluarga bangsawan di tanah Sumba, nyatanya
berperan besar dalam tatanan tingkah laku hidup yang baik di Bali, Jawa,
Sumatera dan lainnya.
“Itu yang membuat kita semakin bangga dengan beliau,” tukasnya. Dirinya juga
mengibaratkan sang penyair seperti satu sayap yang mengepak menempuh jalan
sunyi, sementara sayap lainnya dikepak sang istri, untuk menata kehidupan
keluarga.
“Keduanya, sama-sama memberikan makna pada orang-orang di sekitarnya, beliau
telah menorehkan banyak pelajaran hidup kepada para muridnya yang tersebar di
seluruh Tanah Air. terus bergerak di ruang sunyi, tak kenal lelah,” katanya.
Berpulangnya Umbu Landu Paranggi, juga diharapkan Putri Koster seyogyanya jadi
momentum untuk kembali mengasah batin dan lelaku lewat sastra dan kata-kata.
Bukan hanya mengagungkan diri sendiri, namun biar kita diagungkan orang lain.
Bukankah sudah jalannya, ketika kita lahir, kita menangis namun orang lain
berbahagia. Sedangkan saat kita meninggal kita berbahagia dan orang lain yang
menangis.
“Yang terpenting doa kita bersama, bagi beliau yang sudah memberikan tuntunan
terbaik bagi kita,” pesannya. Umbu meninggal dunia pada usia 77 tahun, Selasa
(6/4/2021) dini hari di RS Bali Mandara, Denpasar, Bali setelah sebelumnya
sempat dirawat selama 3 hari.
Dikenal sebagai merupakan penyair besar Indonesia yang juga sosok mahaguru
para penyair yang lahir di Kananggar, Waingapu, Sumba Timur, Nusa Tenggara
Timur, 10 Agustus 1943.
Dari tangannya telah lahir banyak penyair maupun sastrawan besar, sebut saja
Emha Ainun Nadjib, Korrie Layun Rampan, Linus Suryadi AG. (rhm)