Antologi Puisi Mas Tiadnyani ‘Aku Lihat Bali’ Dibukukan

3 Februari 2015, 23:06 WIB

Cover%2Bbuku%2Baku%2Blihat%2Bbali

Kabarnusa.com – Kumpulan puisi penyair Bali I Gusti Ayu Agung Mas Triadnyani yang merupakan sebuah antologi puisi tunggal yang bertajuk “Aku Lihat Bali dibukukan.

Karya Agung Mas Triadnyani, merangkum 83 sajak terpilih diterbitkan tahun 2015 segera  diluncurkan di Bentara Budaya Bali.

Acara yang dirangkum dalam program Pustaka Bentara ini berlangsung Jumat (6/2/2015) di Jl. Prof. Ida Bagus Mantra No.88A, Ketewel, Gianyar.

Mas Triadnyani, penyair yang juga dosen di Fakultas Sastra Universitas Udayana ini terbilang produktif mencipta.

Buku “Aku Lihat Bali” (Penerbit Koekoesan) merupakan antologi tunggal keduanya, setelah sebelumnya terbit buku “Mencari Pura” (2011).

Antologi kedua ini merangkum karya-karya terpilih karya Mas Triadnyani yang digarap selama kurun waktu penciptaan 2010 hingga 2012.

Sastrawan, editor dan redaktur budaya, Damhuri Muhammad tampil sebagai pembahasa membedah buku itu.

Alumnus pasca sarjana Universitas Gadjah Mada ini akan memperbincangkan bagaimana penyair mengeksplorasi tema-tema terkait Bali, mencerminkan pergulatan batin yang mempribadi.

Juga, sekaligus sebentuk kepedulian sosial sang penyair terkait dinamika perubahan yang telah dan tengah terjadi di pulau dewata ini.

Menurut Damhuri Muhammad, dalam tulisannya, Mas Triadnyani lebih terang memaklumatkan laku etik lewat puisi-puisinya dalam buku “Aku Lihat Bali”.

“Laku etik yang dimaksud adalah upaya penyair meresapkan implikasi etik, baik pada saat penciptaan sedang berlangsung maupun sesudahnya,” kata dia.

Teater%2BTakhta

Setelah mendalami puisi yang berjudul sama dengan buku Mas Triadnyani kali ini, “Aku Lihat Bali”, Damhuri merasa bahwa Bali tidaklah seindah dulu.

“Penyair menggunakan dua sudut pandang dalam melihat Bali.  Pertama, Bali sebagai realitas urban, dengan kata; mal, café, obral, diskon, dan hotel berlantai empat.

“Kedua, Bali sebagai realitas rural, dengan kata, subak, pohon kelapa, arak, dan tajen. Tak ada yang sanggup melawan perubahan, bahkan orang yang berpijak di tanah Bali dan yang paling absah memiliki Pulau Dewata itu, sekalipun.” ungkap Damhuri Muhammad.

Memaknai peluncuran akan ditampilkan pula berbagai bentuk alihkreasi yang berangkat dari puisi-puisi dalam buku “Aku Lihat Bali”, berupa video dokumenter garapan Putu Satria Kusuma.

Pembacaan puisi oleh Cok Sawitri, pementasan Teater Takhta, serta musikalisasi puisi oleh Kelompok Kertas Budaya, Jembrana, arahan Nanoq da Kansas. (gek)

Artikel Lainnya

Terkini