Denpasar -“Lihatlah jauh ke dalam alam, maka engkau akan memahami segalanya dengan lebih baik.” Bisikan bijak Albert Einstein bergema seolah menjadi benang merah yang menuntun persiapan pameran seni rupa bertajuk “Reflection” ini.
Sejak penghujung tahun 2021, sebuah perenungan mendalam telah kami lakukan, merangkai makna refleksi dalam dua dimensi yang saling melengkapi.
Perjalanan refleksi pertama membawa kami menelusuri labirin batin, merayakan hubungan intim manusia dengan dirinya sendiri.

Sebuah kesadaran penuh akan “di sini dan kini” (hic et nunc), sebuah praktik mindfulness yang menjelma dalam pameran “Hic et Nunc / Here and Now” di Bottega & Artisan, Alam Sutera-Tangerang, pada Oktober-November 2023. Di sana, waktu seolah berhenti dalam setiap goresan kuas dan tatapan mata yang hadir sepenuhnya.
Kini, di ruang hangat Santrian Art Gallery, refleksi mengambil bentuk yang lebih luas, merangkai jalinan harmonis antara manusia dan alam semesta yang melingkupinya. “Reflection” menjadi tajuk yang merangkum kedalaman makna ini.
Bukan sekadar satu kata, melainkan sebuah simfoni tiga nada: “cerminan”, “lantunan” (sebuah dialog abadi), dan “pemikiran” yang terus bersemi.

Bukankah manusia adalah pantulan dari eksistensi alam itu sendiri? Dua puluh satu dari seratus delapan belas elemen bumi bersemayam dalam tubuh kita, sebuah pengingat akan keterikatan yang tak terpisahkan. Alam bukan sekadar materi; ia menyimpan ruh dan spirit yang mengalir dalam setiap desiran angin dan gemericik air.
Selama raga ini berinteraksi dengan tanah, air, udara, dan mentari, selama itu pula jiwa kita menyerap esensi semesta.
Ketika nilai-nilai spiritual dan ilahiah meredup dalam diri manusia, hakikat alam semesta pun ikut memudar.
Makna filosofis dan religius dalam menjaga keseimbangan dialektis antara diri, Sang Pencipta, dan alam pun terancam. Dari sinilah kemudian muncul berbagai pemikiran, diskursus yang mengajak kita merenungkan kembali keberadaan kita di tengah keagungan semesta.
Pameran ini menghadirkan sentuhan jiwa dari sembilan seniman yang meresapi dan menerjemahkan refleksi ini ke dalam karya mereka: A. Priyanto ‘Omplong’, Agung ‘Pekik’ Hanafi Purboaji, Dedy Sufriadi, Deskhairi, Hayatuddin, Hono Sun, Riki Antoni, Robi Fathoni, dan Yudi Sulistyo.
Di bawah kurasi Dedi Yuniarto, karya-karya ini mengajak kita menyelami kedalaman hubungan manusia dan alam.
Pintu Santrian Art Gallery akan terbuka pada Jumat, 9 Mei 2025, pukul 18.00 WITA, diresmikan oleh Winnie Yamashita Rolindrawan, seorang pengacara dan pecinta seni yang memiliki kepekaan mendalam terhadap keindahan.
Selama dua bulan ke depan, ruang ini akan menjadi tempat berdialog antara karya, seniman, dan para penikmat seni.
Sebagai penutup, sebuah buku dengan judul yang sama akan diluncurkan, memperkaya pemahaman kita tentang tema “Reflection”.
Kolaborasi apik antara Santrian Art Gallery dan Jago Tarung Yogyakarta mewujudkan pameran ini. ***