Yogyakarta– Bagi para pelancong dan warga yang kerap berpergian satu kota ke kota lainnya, tentu kerap mampir ke restoran siap saji yang satu ini, Solaria. Dengan tulisan brand yang khas, mudah ditemukan di lokasi strategis seperti bandara, hotel, pusat perbelanjaan. Nah, bagaimana restoran ini mampu tumbuh pesat hingga meraih suskes seperti sekarang, beginilah cerita sang owner Aliyuanto yang alumnus Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Pengusaha sekaligus pemilik restoran Solaria, Aliuyanto, menyampaikan pengalamannya di hadapan 1.079 calon wisudawan mahasiswa pascasarjana UGM yang mengikuti pembekalan wisuda di Grha Sabha Pramana, Senin (18/1/2016).
Alumnus Fakultas Ekonomi UGM tahun 1985 ini bercerita tentang pengalamannya saat memilih berwirausaha di bidang kuliner tahun 1991. Setelah lima tahun bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan swasta dengan penghasilan yang cukup lumayan, dia banting stir.
Apa alasan Aliuyanto memilih keluar dari perusahaan? “Jenuh,” katanya singkat dinukil dalam laman ugm.ac.id
Bekerja di sebuah perusahaan, bagi Aliuyanto, tidak memberikan tantangan baginya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki.
Kata dia, Memulai usaha tetap saja tidak mudah karena Aliuyanto mengaku saat itu tabungan yang ia kumpulkan dari sisa gaji saat lima tahun bekerja tidak cukup sebagai modal usaha.
“Saat memulai usaha, tetap saja modal tidak ada,” kenangnya.
Kendati begitu, ia tetap keukuh untuk terjun berwirausaha. Usaha kuliner awalnya bukan pilihan, apalagi Aliuyanto sendiri mengaku tidak memiliki hobi memasak. “Semuanya mengalir. Dapatnya juga tidak disangka-sangka,” sambungnya.
Pertama kali tahun 1991, dia mengaku usaha restorannya mulai dikenal sejak 1995.
Awalnya, ia mempekerjakan 4 karyawan namun setelah 20 tahun ia berhasil membuka cabang dimana-mana. Sampai saat ini restoran dengan brand Solaria tersebar di 31 provinsi dan 55 kota besar.
“Sudah ada 200 resto,” sebutnya.
Dengan cabang sebanyak itu, Aliuyanto tentu mempekerjakan ribuan karyawan. Untuk mengelola agar perusahaan bisa berjalan dengan baik, dia menerapkan prinsip sederhana bahwa setiap hambatan harus diselesaikan dengan ilmu dan kemampuan.
“Itu saya dapatkan di bangku kuliah. Karena saya ingin mengembangkan brand, maka brand inilah yang harus saya pertahankan,” tuturnya.
Selain Aliuyanto, hadir dua alumnus UGM lainnya sebagai pembicara, yakni Dr. Ir. Irfan Nugroho, Dirjen Pengendalian Daerah Aliran Sungai, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan Direktur RSUD Kota Yogyakarta, drg. Hj. Tuty Setyowati. (ari)