Cagub I Wayan Koster berdiskusi dengan Psikiater Prof LK Suryani di Denpasar |
DENPASAR– Masalah gangguan jiwa di Bali menjadi perhatian serius Calon Gubernur Bali nomor urut 1 Wayan Koster sehingga mencari banyak masukan pakar termasuk Psikiater Prof LK Suryani untuk menemukan formulasi tepat mengatasi masalah sosial tersebut.
Koster yang diusung PDI Perjuangan tandem bersama calon wakil gubernur Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) ini, menilai gangguan jiwa adalah masalah serius yang harus ditangani, tidak ada pada upaya pengobatan akan tetapi pencegahaannya sedini mungkin.
Koster kemudian menemui Prof Suryani yang juga Direktur SIMH, di kediaman Guru Besar Universitas Udayana, yang selama ini memang sangat konsen dengan permasalahan dan penanganan gangguan jiwa di Bali.
Tujuannya, tak lain, ingin mendapatkan gambaran kondisi pengidap gangguan jiwa di Bali, yang akan diformulasikan menjadi sebuah kebijakan pemerintah jika dirinya dipercaya memimpin Bali ke depan.
Dari data Suryani Institut for Mental Health (SIMH), diketahui angka gangguan jiwa sudah mencapai 900 orang dari 2,3 per seribu penduduk di Bali, dan diperkirakan angka tersebut terus meningkat hingga saat ini.
“Masalah gangguan jiwa di Bali adalah sangat serius, terlebih dari data jumlahnya mengalami peningkatan setiap tahunnya,”ujar Koster di Denpasar, Minggu (18/3/2018).
Banyak hal didiskusikan dan masukan dari LK Suryani mengenai penanganan pengidam gangguan jiwa, serta kasus bunuh diri di Bali.
Pemerintah selain memaksimalkan perangkat daerah terkait, juga memberdayakan lembaga swadaya masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap masalah-masalah tersebut,” katanya.
Dari hasil dialog singkat diketahui, peranan masyarakat sekitar, termasuk keluarga sangat besar dalam menentukan kesembuhan pengidap gangguan jiwa, jadi tidak semata-mata hanya melalui pengobatan di Rumah Sakit Jiwa. Artinya, pengidap gangguan jiwa bisa sembuh tanpa obat.
Gangguan jiwa sebagai salah satu penyebab bunuh diri, selain akibat deprese, hubungan yang tak baik, penyakit fisik serta permasalahan ekonomi. Koster juga sangat miris dengan tinggi angka bunuh diri di Bali.
Kata dia, penanganan permasalahan-permasalahan Ini harus dilaksanakan sedini mungkin, salah satunya melalui dunia pendidikan, agar SDM Bali berkarakter, beretika dan memiliki moral yang baik, sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama Hindu.
Pendidikan ini bisa dilaksanakan melalui kegiatan non formal dengan menggunakan fasilitas balai banjar, dimana anak-anak akan diajarkan kegiatan-kegiatan kesenian, seperti menari, menabuh, membaca sloka, dan kegiatan yang bernafaskan keadaamnya.
Dengan begitu, akan terbentuk SDM berkulitas, memiliki intergitas moral, etika, kesantunan, karakter dan jiwa yang dibangun berdasalkan nilai-nilai Agama Hindu, seni, adat, dan kearifan lokal masyarakat Bali. (*)